Iran telah menangkap beberapa orang yang dianggap terkait dengan gelombang kasus peracunan sekolah dan menuduh beberapa di antara terduga pelaku terkait dengan "media pembangkang berbasis asing" dan kerusuhan yang terjadi baru-baru ini, demikian menurut pernyataan Kementerian Dalam Negeri yang dibagikan media pemerintah pada Selasa (7/3).
Menurut media dan pejabat pemerintah, lebih dari 1.000 anak perempuan jatuh sakit setelah diracun sejak November, dengan beberapa politisi menyalahkan kelompok agama yang menentang pendidikan bagi anak perempuan berada di balik kasus tersebut.
BACA JUGA: Pemimpin Agung Iran: Peracunan Pelajar Putri “Tak Termaafkan”"Tiga anggota tim yang terdiri dari empat orang yang ditangkap memiliki sejarah terlibat dalam kerusuhan baru-baru ini, dan hubungan mereka dengan media pembangkang yang berbasis di luar negeri telah dipastikan," kata pernyataan itu tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pernyataan tersebut juga menambahkan bahwa pihak berwenang menangkap beberapa orang di enam provinsi sehubungan dengan peracunan sekolah.
Pada Senin (6/3), pemimpin tertinggi Iran mengatakan bahwa meracuni siswi adalah kejahatan yang "tidak bisa dimaafkan" di mana pelaku harus dihukum mati jika mereka melakukannya dengan sengaja. Pernyataan tersebut muncul di tengah gelombang kemarahan publik terkait serangkaian kejadian peracunan di sekolah tersebut.
BACA JUGA: UNICEF Tawarkan Bantuan kepada Iran untuk Atasi Kasus Peracunan SiswiKementerian Dalam Negeri mengatakan salah satu orang yang ditangkap telah menyebarkan bahan beracun ke sekolah melalui anaknya sendiri dan setelah itu membagikan rekaman kejadian kepada apa yang disebut pemerintah sebagai "media yang bermusuhan."
Peracunan itu terjadi di masa kritis bagi para penguasa ulama Iran setelah pengerahan tindakan keras pihak keamanan yang sebagian besar ditujukan untuk meredakan gerakan protes nasional yang telah berlangsung selama tiga bulan. Protes itu dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan muda yang meninggal pada 16 September saat berada dalam tahanan polisi karena melanggar aturan jilbab. [my/rs]