Media Rusia melaporkan bahwa Kremlin berencana mengerahkan rudal balistik di dekat perbatasan negara itu dengan Finlandia. Langkah ini merupakan yang terakhir dari serangkaian ancaman militer dan hibrida yang dilakukan Rusia terhadap negara Nordik itu sejak bergabung dengan NATO pada April tahun lalu, setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Surat kabar Rusia, Izvestia melaporkan pada Senin bahwa brigade baru akan dikerahkan di wilayah Karelia yang berbatasan dengan Finlandia, dilengkapi dengan sistem rudal balistik Iskander-M.
Laporan Izvestia itu mengutip mantan komandan Armada Baltik Rusia, Laksamana Vladimir Valuev. Dia mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa “pembentukan sebuah brigade rudal muncul pada saat yang tepat. Ini merupakan respon yang seimbang bagi masuknya Finlandia ke NATO”.
Meskipun dekat dengan Finlandia, kemungkinan pengerahan itu tidak menimbulkan kekhawatiran di Helsinki. Analis keamanan Charly Salonius-Pasternak dari Institut Hubungan Internasional Finlandia mengatakan itu.
“Ini sama sekali bukan sebuah berita. Dan tentu saja, mengumumkan sesuatu hal dan kemudian melakukan satu hal adalah dua hal yang sangat berbeda ketika itu menyangkut Rusia. Jadi, secara umum, kita benar-benar belum melihat itu selain sebagai sebuah retorika saja,” kata dia kepada VOA.
Finlandia telah memperingatkan bahwa mereka menghadapi ancaman keamanan dan hibrida yang bervariasi dari Rusia sejak bergabung dengan NATO.
Pada pertengahan tahun 2023, setelah masuknya Finlandia ke aliansi tersebut, lebih dari 1.300 migran dari negara-negara seperti Yaman, Suriah dan Somalia mulai datang ke perbatasan Finlandia-Rusia untuk mencoba mencari suaka.
Helsinki menutup semua pintu perbatasan di sepanjang garis batas kedua negara pada November, menuduh bahwa Rusia telah menjadikan migran sebagai senjata. Pintu-pintu perbatasan itu kemudian sempat dibuka lagi, tetapi dengan cepat ditutup kembali setelah gelombang baru kedatangan migran. Penutupan itu diperpanjang tanpa batas waktu pada awal bulan ini.
Finlandia meminta Uni Eropa membantu mereka mencegah krisis migran di masa depan.
Perdana Menteri Finlandia, Petteri Orpo menerima Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen dalam sebuah kunjungan di wilayah perbatasan pada Jumat pekan lalu.
“Sekarang kita harus menemukan solusi bersama untuk menghentikan fenomena ini, ketika Rusia menggunakan imigran ilegal melawan kita. Kami menyiapkan aturan hukum sendiri, tetapi kami juga membutuhkan langkah-langkah di level Uni Eropa,” kata Orpo.
Von der Leyen menjanjikan dukungan Uni Eropa.
“Ini adalah sebuah fenomena baru. Ini adalah ancaman hibrida, dan itu harus ditangani sebagai ancaman hibrida bagi keamanan nasional. Dan apa yang kita lihat adalah sebuah negara yang memanfaatkan orang-orang malang untuk menekan negara lain. Jadi, ini adalah persoalan keamanan yang jelas, dan kita akan dengan tegas menangani ini dalam waktu yang cukup lama, dan kita akan bersiap untuk semua itu,” kata von der Leyen kepada para reporter di pintu perbatasan Imatra di dekat wilayah Rusia. [ns/uh]