Media Tiongkok menilai pidato pemimpin baru Kim Jong Un di depan umum sebagai isyarat bahwa pemerintah Korea Utara berminat melakukan dialog.
Media pemerintah Tiongkok mendesak dunia agar secara positif mendorong perubahan di Korea Utara, seraya menyebut pidato pemimpin baru Kim Jong Un di depan umum sebagai isyarat bahwa negara Stalinis yang tertutup itu berminat melakukan dialog.
Harian Global Times yang berafiliasi dengan Partai Komunis menyebutkan dalam komentarnya hari Senin bahwa dialog, alih-alih resistensi, mungkin akan lebih membantu mendorong Pyongyang melakukan perubahan.
Harian itu menyatakan keterbukaan baru di Pyongyang mungkin saja terjadi, mengingat Kim Jong Un masih berusia muda dan fakta bahwa ia mendobrak praktik lama ayahnya dengan berpidato di depan umum hari Minggu. Dalam pidato pada pertemuan militer besar-besaran itu, Kim berjanji akan bekerjasama dengan mereka yang bergabung bersamanya mengupayakan reunifikasi secara damai di Semenanjung Korea.
Optimisme Tiongkok tidak didukung Senator Amerika John McCain, yang membandingkan kegagalan Pyongyang dalam meluncurkan roket pekan lalu dengan film Groundhog Day, di mana seorang lelaki bangun setiap pagi dan mendapati bahwa ia selalu melalui hari yang sama.
Kim Jong Un berpidato setelah kegagalan Korea Utara yang memalukan Jumat lalu untuk menempatkan satelit cuaca ke orbit. Washington, Seoul dan Tokyo menyebut peluncuran itu sebagai upaya terselubung untuk mengujicoba misil balistik jarak jauh.
Michael Auslin dari American Enterprise Institute hari Senin mengatakan bahwa ia tidak melihat kemunculan Kim di depan umum sebagai indikasi bahwa pemimpin baru itu akan bertindak berbeda dengan mendiang ayahnya, Kim Jong Il.
Tetapi Global Times mendesak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya agar bersikap lebih realistis, seraya menyatakan perubahan masih mungkin terjadi selama Korea Utara merasa aman dari invasi dan subversi.
Harian Global Times yang berafiliasi dengan Partai Komunis menyebutkan dalam komentarnya hari Senin bahwa dialog, alih-alih resistensi, mungkin akan lebih membantu mendorong Pyongyang melakukan perubahan.
Harian itu menyatakan keterbukaan baru di Pyongyang mungkin saja terjadi, mengingat Kim Jong Un masih berusia muda dan fakta bahwa ia mendobrak praktik lama ayahnya dengan berpidato di depan umum hari Minggu. Dalam pidato pada pertemuan militer besar-besaran itu, Kim berjanji akan bekerjasama dengan mereka yang bergabung bersamanya mengupayakan reunifikasi secara damai di Semenanjung Korea.
Optimisme Tiongkok tidak didukung Senator Amerika John McCain, yang membandingkan kegagalan Pyongyang dalam meluncurkan roket pekan lalu dengan film Groundhog Day, di mana seorang lelaki bangun setiap pagi dan mendapati bahwa ia selalu melalui hari yang sama.
Kim Jong Un berpidato setelah kegagalan Korea Utara yang memalukan Jumat lalu untuk menempatkan satelit cuaca ke orbit. Washington, Seoul dan Tokyo menyebut peluncuran itu sebagai upaya terselubung untuk mengujicoba misil balistik jarak jauh.
Michael Auslin dari American Enterprise Institute hari Senin mengatakan bahwa ia tidak melihat kemunculan Kim di depan umum sebagai indikasi bahwa pemimpin baru itu akan bertindak berbeda dengan mendiang ayahnya, Kim Jong Il.
Tetapi Global Times mendesak Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya agar bersikap lebih realistis, seraya menyatakan perubahan masih mungkin terjadi selama Korea Utara merasa aman dari invasi dan subversi.