Meksiko Gelar Turnamen Sepak Bola Bagi Tunanetra

Pertandingan sepak bola di pusat olahraga Francisco Mina di Mexico City, 24 Februari 2013. (REUTERS/Tomas Bravo)

Ibu kota Meksiko, Mexico City,  menggelar turnamen sepak bola bagi para penyandang tunanetra dan mereka yang memiliki gangguan penglihatan. 

Siapa bilang indra penglihatan sangat penting dalam bermain sepak bola. Meksiko, di mana sepak bola merupakan olahraga yang sangat digemari penduduknya, mencoba mengubah pemahaman itu.

Sejumlah aktivis yang memperjuangkan hak-hak penyandang cacat baru-baru ini menggelar turnamen sepak bola yang para pesertanya adalah penyandang tunanetra dan mereka yang memiliki gangguan penglihatan.

Bagaimana mungkin pertandingan sepak bola itu dilakukan? Jawabnya sederhana, mereka menggunakan bola yang mengeluarkan bunyi gemerincing saat bergulir atau ditendang. Dan lapangan sepak bola itu ukurannya lebih kecil, dan dikelilingi pagar yang tidak memungkinkan bola melayang ke luar lapangan.

Your browser doesn’t support HTML5

Meksiko Gelar Turnamen Sepakbola Bagi Tunanetra

Setiap pemain diwajibkan mengenakan penutup mata, terlepas dari status kesehatan mata mereka, apakah sepenuhnya buta atau hanya menderita gangguan penglihatan. Mereka yang penglihatannya normal bisa terlibat dalam turnamen itu sebagai kiper, pelatih, wasit dan penonton.

Reinaldo Rivera, seorang penyandang tunanetra yang ikut bermain dalam kompetisi tersebut mengatakan, olahraga sepak bola mempertajam indra-indra lainnya.

“Sepak bola membantu mengatasi rintangan-rintangan kehidupan nyata dalam kehidupan Anda. Misalnya, berjalan di pusat kota untuk seseorang yang tidak dapat melihat hampir tidak mungkin. Tetapi sepak bola membantu saya dalam hal ini, dan banyak hal lainnya. Sepak bola mengasah ketajaman indra-indra yang lain,” jelasnya.

Pria tunanetra berebut bola dalam pertandingan liga sepak bola tunanetra Ignacio Trigueres di pusat olahraga Francisco Mina, Mexico City, 24 Februari 2013. (Reuters)

Patricio Ramirez tidak menderita gangguan penglihatan. Ia seorang aktivis yang sering memperjuangkan hak-hak penyandang tunanetra. Pada kompetisi ini, ia berperan sebagai pelatih sebuah tim.

"Pertandingan sepak bola ini diadaptasi sedemikian rupa untuk bisa melibatkan mereka yang memiliki gangguan penglihatan. Bolanya mengeluarkan bunyi, sehingga saat bergerak bisa diketahui keberadaannya oleh para pemain. Lapangannya juga dipagari,” kata Ramirez.

Penjaga gawang Italia Miguel Angel Canela (51), melempar bola kembali ke permainan dalam final liga sepak bola untuk penyandang gangguan pengelihatan di Mexico City, 8 Juni 2014.

Raul Ortiz, penyandang tunanetra, mengaku senang ikut bertanding dalam turnamen itu. “Para pemain diperlakukan seperti orang normal. Bukan sebagai penyandang disabilitas atau orang dengan keterbatasan fisik. Ada kesetaraan dalam hal ini. Para pemain harus menjalani diet, mempertahankan kebugaran fisik dan banyak hal lainnya dalam persiapannya," jelasnya.

Lebih dari 2 juta orang mengalami gangguan penglihatan di Meksiko. Panitia penyelenggara turnamen ini mengatakan, acara tersebut ditujukan untuk membangun keinklusifan dalam olahraga populer itu, khususnya bagi para penyandang gangguan penglihatan. Sepak bola tunanetra sendiri sudah menjadi bagian dari Paralimpiade sejak 2004. [ab/lt]