Berbicara mengenai “dosa asal bangsa kita,” Presiden Amerika Joe Biden pada hari Selasa (3/12) mengunjungi museum perbudakan di Angola dan mengamati koleksi belenggu dan cambuk. Ia juga bicara mengenai masa depan Afrika, dengan mengatakan orang Afrika akan menjadi satu dari empat orang pada tahun 2050 dan nasib dunia berada di tangan mereka.
Kunjungan Biden, yang merupakan kunjungan pertama ke Angola oleh seorang presiden AS, dimaksudkan untuk mempromosikan komitmen miliaran dolar kepada negara Afrika sub-Sahara tersebut untuk apa yang disebutnya sebagai investasi kereta api AS terbesar di luar negeri.
“Amerika Serikat mendukung kuat Afrika,” kata Biden kepada Presiden Angola João Lourenço, yang menyebut kunjungan Biden sebagai titik balik penting dalam hubungan AS-Angola sejak Perang Dingin.
BACA JUGA: Biden Tiba di Angola, Lawatan Pertama ke Afrika sub-Sahara Sebagai PresidenBiden akan mengunjungi kota pesisir Lobito pada hari Rabu (4/12) untuk melihat outlet koridor Samudra Atlantik. Proyek ini telah mendapatkan pendanaan dari Uni Eropa, Kelompok Tujuh (G7) negara industri terkemuka, konsorsium swasta yang dipimpin oleh Barat, dan bank-bank Afrika.
Tidak jelas berapa banyak komitmen AS yang telah disampaikan dan berapa banyak yang akan bergantung pada pemerintahan Trump.
Biden telah berjanji untuk mengunjungi negara di sub-Sahara Afrika itu tahun lalu, setelah menghidupkan kembali KTT AS-Afrika pada tahun 2022. Namun perjalanan itu tertunda hingga tahun ini, memperkuat sentimen di kalangan warga Afrika bahwa benua mereka masih menjadi prioritas rendah bagi Amerika.
Presiden AS terakhir yang mengunjungi sub-Sahara Afrika adalah Barack Obama pada tahun 2015. [em/ab]