Memasuki ruang pamer museum, kita akan melihat botol-botol Habushu, minuman beralkohol terbuat dari beras. Botol-botol ini didatangkan dari Okinawa, Jepang.
Yang membedakannya dari minuman yang lebih umum adalah adanya ular habu di dalamnya. Habu adalah jenis ular berbisa.
Ular itu biasanya dibersihkan dengan membuang isi perutnya, dibekukan, lalu dimasukkan anggur. Begitu mencair, ular itu akan terbangun sesaat untuk memuntahkan racun ke dalam anggur.
Minuman bercampur bisa ular Habu kemudian disimpan sampai alkohol menetralkan bisa. Setelah itu, pecinta Habushu di seluruh dunia dapat menikmati minuman unik tersebut.
Di bagian lain museum terpajang sup tomat khas Mongolia. Pada sup ini terdapat mata domba yang mengambang, menatap ke arah kita yang hendak menikmatinya.
Disgusting Food Museum atau Museum Makanan Menjijikkan di Berlin adalah objek wisata di pusat ibu kota Jerman. Museum ini mengajak pengunjung mengeksplorasi sesuatu yang menjijikkan bagi sebagian orang, namun tidak sama sekali bagi orang lain.
“Rasa jijik adalah salah satu emosi dasar,” ujar kepala museum Alexandra Bernsteiner.
“Ada enam emosi dasar yang berbeda, Rasa jijik, salah satunya. Dikatakan bahwa ini adalah contoh pertama dari sistem kekebalan tubuh, karena otak akan memberi tahu ketika sesuatu mungkin mengandung penyakit atau ketika itu adalah sesuatu yang tidak kita anggap sebagai makanan,” lanjutnya.
Makanan-makanan yang dipajang di museum ini lekat dengan budaya lokal. Sebagian orang di Eropa mungkin menganggap mata sapi menjijikkan, tetapi mereka menikmati foie gras, yang terbuat dari hati angsa atau bebek. Keju-keju yang bau dinikmati di Prancis dan Italia, tetapi tidak semua orang di dunia menyukainya.
Museum ini juga memamerkan durian. Baunya yang khas, disukai banyak orang di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Tetapi bagi banyak orang lainnya, baunya dianggap sangat tajam dan tidak dapat diterima. Beberapa maskapai penerbangan melarang durian karena baunya yang sangat menyengat, kata Bernsteiner.
Kemudian ada “Surströmming.” Seperti durian, ikan fermentasi dari Swedia ini terkenal akan baunya yang menyengat. Supaya tidak penasaran, pengunjung bisa mencicipi keduanya dari botol-botol kecil.
Ada juga ketumbar, yang disukai banyak orang, sama banyak dengan yang tidak menyukainya. “Mungkin karena perbedaan DNA,” kata Bernsteiner.
“Penelitian ilmiah sedang dilakukan untuk mengetahui apakah genetika memengaruhi persepsi terhadap ketumbar. Apakah ketumbar dianggap sebagai bumbu atau ramuan. Atau apakah orang menganggapnya memiliki rasa yang sangat kuat dan asin,” jelas Alexandra Bernsteiner.
Your browser doesn’t support HTML5
Setiap tahun, sekitar 20.000 orang mengunjungi museum ini. Banyak dari mereka adalah wisatawan. Tetapi ada juga siswa sekolah dan mereka yang ingin mengetahui apa yang disebut “makanan masa depan” seperti serangga.
Penampilan sosis darah Jerman tidak dianggap bermasalah oleh banyak keluarga di Jerman. Tetapi masyarakat di tempat lain mungkin tidak suka memakannya.
Bagi Bernsteiner, makanan yang sangat menjijikkan adalah puding jeli, yang disebut Götterspeise. “Ini bukan untuk saya,” ujarnya sambil tersenyum.
Pada bagian akhir pameran terdapat botol besar berisi sesuatu yang mungkin tidak akan diminum sebagian besar orang. Anggur bayi tikus. Dari namanya, kita bisa mengetahui bahwa anggur ini dibuat dengan cara menenggelamkan puluhan bayi tikus yang baru lahir, kemudian membiarkannya berfermentasi. Anggur ini umum dijual sebagai tonik kesehatan di Tiongkok dan Korea.
Museum Makanan Menjijikkan buka setiap minggu, Jumat hingga Selasa. [ka/jm]