Awan debu bertiup sejauh dua kilometer menyelubungi Lubbock, Texas, bulan lalu akibat kekeringan dan panas yang telah berlangsung berbulan-bulan.
Ini mengingatkan masyarakat setempat kepada masa dust bowl pada dasawarsa 1930-an, ketika kawasan ini kerap diterpa oleh badai debu. Jutaan orang terpaksa mengungsi.
Walaupun badai bulan lalu terhitung parah, kecil kemungkinan terjadinya lagi dust bowl, kata kepala badan konservasi negara bagian Texas, Salvador Salinas. "Kami telah mengalami saat-saat mengerikan itu ketika peristiwa tersebut seperti kejadian biasa saja," ujar Salinas.
Menurut para pakar, satu alasan mengapa badai debu lebih umum terjadi pada dasawarsa 1930-an adalah karena membajak tanah pada saat itu umum dilakukan.
Selama bertahun-tahun kegiatan membajak sesungguhnya merusak tanahd ataran Tinggi Texas, seperti juga di mana-mana di seluruh dunia.
Mengolah tanah untuk mencegah tumbuhnya rumput liar dan menyiapkan tanah untuk ditanami, ternyata membuat tanah lebih mudah tererosi oleh hujan dan angin.
Para petani di dataran tinggi Texas hanya membajak sepetak tanah di mana benih dan pupuk disemaikan. Sisanya tidak diapa-apakan.
Ranting-ranting dan dedaunan yang biasanya mereka singkirkan ketika membajak, sekarang justru dibiarkan menutup tanah, ujar petani David Ford. "Semua yang ada di antara parit ini adalah bahan organik yang berasal dari jerami gandum, yang membantu melindungi tanah, mengurangi erosi tanah," ujarnya.
Membiarkan tanah tertutup ranting dan dedaunan membantu melindungi tanah dari angin dan matahari, tanah jadi tetap gembur. Dalam kekeringan dan panas yang luar biasa tahun ini, pengolahan tanah yang minimal dan melindungi tanah semaksimal mungkin memberikan hasil berbeda, kata Brandt Underwood, pakar agronomi pada Departemen Pertanian Amerika.
"Menurut saya sistem pengolahan sepetak tanah seperti inilah dan pengolahan sisa-sisa pepohonan yang memungkinkan David memanen jagung dalam kekeringan seperti tahun ini," papar Underwood.
David Ford menambahkan bahwa sedikit membajak juga berarti menghemat.
"Kita tidak perlu menggunakan bahan bakar. Jadi, peralatan kita lebih awet," paparnya.
Penelitian menunjukkan bahwa petani bisa memperoleh hasil panen yang lebih baik dengan menggunakan metode itu dan juga menghemat biaya produksi. Itu berarti, ketika kita mengolah lahan dengan cara kuno dengan tidak terlalu banyak membajak, justru dapat memberikan hasil lebih.