Lima tahun terakhir ini dunia robotika di Indonesia terus mengalami kemajuan. Lembaga pendidikan tinggi hingga tingkat dasar mulai menunjukkan ketertarikan pada dunia robot, dengan berbagai prototipe yang dibuat dan dikembangkan sesuai fungsi dan kemampuan robot.
Menurut dosen pembimbing Tim Robot Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Mohammad Hilman Fathoni, antusiasme masyarakat terhadap robot tampak dari semakin banyaknya perlombaan robot antar sekolah maupun perguruan tinggi, yang menampilkan robot dengan kemampuan yang berbeda-beda.
“Ya salah satu caranya untuk membudidayakan robot ya ini, dan dari pihak pemerintah yang menghargai adanya kegiatan-kegiatan lomba robot. Sekarang kan lomba robot itu sudah ada banyak sekali, apalagi sekarang ada robot lego dan lain sebagainya,” kata Mohammad Hilman Fathoni, Dosen Pembimbing Tim Robot ITS.
Mahasiswa Teknik Elektro ITS Surabaya, Mohammad Arifin yang membuat robot pemain sepak bola bersama timnya, mengakui rancangannya masih harus disempurnakan lebih jauh.
“Manuver-manuvernya, untuk saat ini kondisi dia itu, kalau umumnya bisa menendang bola, depan samping, bisa bangun juga dari depan belakang, begitu juga waktu itu sempat kita coba untuk ngangkat beban, terus juga membawa bola dan melemparkan bolanya itu juga bisa,” kata Mohammad Arifin.
Your browser doesn’t support HTML5
Selain robot pemain sepak bola, tim robot ITS juga telah mengembangkan robot penari, robot pemadam kebakaran, serta robot pertahanan berupa kapal dan pesawat tanpa awak. Yang menarik pembuatan robot-robot ini sudah menggunakan energi terbarukan.
Dosen pembimbing tim robot ITS, Ahmad Zaini menambahkan, pemanfaatan robot yang semakin banyak pada bidang kehidupan masyarakat, memungkinkan robot akan banyak digunakan pada masa mendatang. Sebagai alat bantu manusia, keberadaan robot semakin dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sebelumnya dikerjakan oleh tenaga manusia.
“Untuk tataran edukasi, apakah itu edukasi robotika, itu sudah banyak sekali mode-mode yang menggunakan solar cell atau menggunakan tenaga angin. Sebetulnya teknologi yang menggunakan renewable energy sudah sangat dekat, bisa diimplementasikan,” imbuh Ahmad Zaini.
Meski fungsi robot dapat meringankan tugas manusia, Mohammad Hilman Fathoni berpendapat bahwa tidak semua pekerjaan manusia harus digantikan oleh robot. Fungsi robot dapat difokuskan pada otomasi industri, yang membutuhkan kesinambungan kerja robot yang terus beroperasi sesuai perintah yang diprogramkan.
“Saya sih lebih ke otomasi industri sebenarnya, karena memang ada bagian-bagian penting yang robot itu tidak bisa menggantikan tugas manusia, lebih ke arah otomasi industri,” kata Mohammad Hilman Fathoni, Dosen Pembimbing Tim Robot ITS.
Kepala Pusat Robotika dan Teknologi Informasi Komunikasi ITS, Eko Setijadi mengatakan, perkembangan robotika di Indonesia menunjukkan masa depan yang menjanjikan dengan kemampuan peneliti dan akademisi. Meskipun perkembangannya masih terganjal peran perguruan tinggi yang terbatas pada skala penelitian.
“Karena SDM kita, SDM kita adalah dosen, bukan seperti SDM yang ada di industri sudah siap terjun full, kerja disitu membuat barang. Kita punya dosen dan peneliti saja, dan kemudian alat juga begitu, alat kita adalah skala laboratorium, bukan skala industri. Kita juga tidak punya wewenang misalkan untuk impor material besar-besaran, itu tidak bisa kita, itu memang ranahnya orang industri. Kita sebatas desain, analisis, itu yang bisa kita berikan,” kata Eko Setijadi.
Eko menambahkan kemajuan dunia robotika di Indonesia juga tergantung peran pemerintah dan industri untuk mau memanfaatkan hasil karya anak bangsa sendiri. [pr/uh]