Mengubah Beras Jadi Plastik Rendah Karbon

Berbagai produk plastik yang dibuat dari butiran plastik Resin Biomassa di pabriknya di Namie, sekitar tujuh kilometer dari pembangkit nuklir Fukushima Dai-Ichi yang lumpuh, Prefektur Fukushima, Jepang, 28 Februari 2023. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Sejumlah petani di Jepang berpartisipasi dalam usaha mengubah beras yang tidak dapat dikonsumsi menjadi plastik rendah karbon.

Jinichi Abe menyaksikan sawahnya kembali produktif untuk pertama kalinya sejak 2011 ketika bencana Fukushima menyebabkan kotanya, Namie, terpapar radiasi.

Petani berusia 85 tahun itu sebetulnya merasa miris karena tahu persis bahwa padi yang diproduksi lahan pertaniannya tidak untuk dikonsumsi. Namun, ia juga tak kecil hati, karena ia tidak akan kehilangan pembeli.

Sebuah perusahan memastikan akan membeli padinya untuk kemudian diubah menjadi plastik rendah karbon.

Your browser doesn’t support HTML5

Mengubah Beras Jadi Plastik Rendah Karbon

Abe sendiri bersemangat dalam proyek barunya ini. "Saya ingin melakukan bagian saya melawan sampah plastik. Alasan lainnya adalah untuk rekonstruksi Namie. Saya ingin menjadi orang bermanfaat, jadi saya berkonsultasi dengan semua orang dan memutuskan untuk bekerja sama dengan Biomass."

Biomass yang dimaksud Abe adalah Biomass Resin, sebuah perusahaan yang berbasis di Tokyo. Biomass membuka sebuah pabrik di Namie yang fungsinya menggabungkan beras dengan pecahan-pecahan kecil plastik sehingga menghasilkan pelet-pelet plastik rendah karbon.

Pelet-pelet itu, baik yang komposisi bahan berasnya 50 persen atau 70 persen, kemudian dikirim ke perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang-barang plastik di berbagai penjuru Jepang.

Beras, digabungkan dengan pelet plastik kecil dan dipanaskan serta diremas, diekstrusi dalam batang panjang dan tipis sebelum dipotong menjadi pelet plastik kecil berwarna cokelat di lini pabrik pabrik Resin Biomassa Fukushima di Namie, Jepang 28 Februari 2023. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Takemitsu Imazu, Direktur Utama Biomass Resin, menjelaskan apa yang diproduksi di pabrik di Namie.

“Ini adalah resin berbasis minyak bumi yang ditemukan dalam bahan plastik. Dan ini beras. Jadi, resin berbasis minyak bumi ini dicampur dengan beras untuk membuat pelet yang disebut resin beras di pabrik kami.” jelasnya.

Namie masih berjuang untuk pulih dari bencana tahun 2011, ketika tsunami memicu kehancuran di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi. Beberapa bagian dari kota itu terletak hanya empat kilometer dari PLTN itu, dan sekitar 80 persen dari tanah di kota itu saat ini masih dianggap berbahaya. Saat ini, kurang dari 2.000 orang tinggal di kota itu dibandingkan dengan 21.000 sebelum bencana.

Takemitsu Imazu, Presiden Resin Biomassa Fukushima menunjukkan pelet plastik biasa, beras dan pelet coklat yang terbuat dari beras, selama wawancara dengan Reuters di pabriknya di Namie, Jepang, 28 Februari 2023. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Namun situasi berubah sejak November 2022, tepatnya sejak pabrik Biomass Resin, dan beberapa perusahaan lain, dioperasikan di sana.

Namie sendiri, khususnya dari sawah Abe, menyuplai 55 ton dari 1.700 ton beras yang dibutuhkan Biomass untuk proses produksi. Sisanya sebagian besar berasal dari daerah-daerah lain di Fukushima.

Meskipun plastik tidak dapat terurai secara alami, apa yang dilakukan Biomass berkontribusi positif pada lingkungan. Memanfaatkan beras berarti mengurangi produk minyak bumi, dan menanam lebih banyak padi mengurangi karbondioksida di atmosfer secara keseluruhan. [ab/uh]