Menhan Amerika Serikat Sebut Aliansi Amerika-Filipina Akan Berlanjut Meski Berganti Pemerintahan

  • Associated Press

Menteri Pertahanan Nasional Filipina Gilberto C. Teodoro, Jr.,(kanan), menganugerahkan Medali Prestasi Luar Biasa kepada Menteri Pertahanan Amerika Lloyd J. Austin III di markas militer Camp Aguinaldo di Quezon City, Filipina, 18 November 2024. (Aaron Favila/AP)

Pemerintahan Biden telah mengambil langkah untuk memperkuat aliansi militer di seluruh kawasan Indo-Pasifik untuk menghadapi China dengan lebih baik, termasuk dalam konfrontasi masa depan atas Taiwan atau di Laut China Selatan, yang hampir seluruhnya diklaim oleh Beijing.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, Selasa (19/11) mengutuk tindakan berbahaya China terhadap Filipina dan kembali memperingatkan bahwa Amerika Serikat akan membela sekutunya jika pasukan Filipina diserang di wilayah perairan sengketa.

Selama kunjungan ke provinsi Palawan di Filipina, yang bersebelahan dengan Laut China Selatan, Austin ditanya apakah dukungan militer Amerika yang kuat kepada Filipina akan berlanjut di bawah Presiden terpilih Donald Trump, termasuk pendanaan militer baru senilai $500 juta.

Austin menyatakan keyakinannya bahwa aliansi yang kuat "akan berlanjut" meski terjadi pergantian pemerintahan.

"Kami berdiri bersama Filipina, dan kami mengutuk tindakan berbahaya oleh RRT (Republik Rakyat China) terhadap operasi Filipina yang sah di Laut China Selatan," katanya, menggunakan akronim untuk nama resmi China.

Dia menambahkan, "Perilaku RRT telah mengkhawatirkan. Mereka telah menggunakan langkah-langkah berbahaya dan eskalatif untuk menegakkan klaim maritim Laut China Selatan mereka yang luas."

China juga baru-baru ini memiliki perselisihan teritorial dengan negara-negara pesisir yang lebih kecil, termasuk Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, atas rute perdagangan dan keamanan global yang krusial. Brunei dan Taiwan juga terlibat dalam sengketa yang telah lama belum terselesaikan.

BACA JUGA: Militer Filipina Latihan Rebut Pulau di Laut China Selatan

Pemerintahan Biden telah mengambil langkah untuk memperkuat aliansi militer di seluruh kawasan Indo-Pasifik untuk menghadapi China dengan lebih baik, termasuk dalam konfrontasi masa depan atas Taiwan atau di Laut China Selatan, yang hampir seluruhnya diklaim oleh Beijing.

Hal itu sejalan dengan dorongan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. untuk memperkuat pertahanan eksternal negaranya, mengingat eskalasi yang mengkhawatirkan dari konfrontasi teritorial antara pasukan China dan Filipina di Laut China Selatan.

Ada spekulasi intens tentang bagaimana Trump akan mengarahkan keterlibatan militer Amerika Serikat di Asia.

Marcos mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa dia mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangan pemilihan presidennya dalam panggilan telepon dan memperbarui komitmen Filipina untuk terus memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat.

"Saya menyampaikan kepadanya keinginan kami yang terus berlanjut untuk memperkuat hubungan antara kedua negara, hubungan yang sangat dalam karena telah berlangsung lama," kata Marcos.

BACA JUGA: Marcos Sebut Telah Berbincang Lewat Telepon dengan Trump

Austin berbicara selama konferensi pers bersama dengan mitranya dari Filipina, Gilberto Teodoro, di markas militer di Palawan.

Mereka diberikan demonstrasi kapal tak berawak yang didanai Amerika Serikat untuk digunakan Angkatan Laut Filipina dalam pengumpulan intelijen dan pengawasan pertahanan.

Austin "menegaskan kembali komitmen kokoh Amerika Serikat kepada Filipina" dan menegaskan kembali bahwa Perjanjian Pertahanan Bersama kedua sekutu mencakup angkatan bersenjata, kapal publik, dan pesawat udara kedua negara... "di mana pun di Laut China Selatan."

Dia juga menegaskan kembali "komitmen departemennya untuk memperkuat kemampuan pertahanan Filipina dan kapasitas untuk menolak tekanan," menurut pernyataan bersama.

Austin dan Teodoro menandatangani perjanjian pada Senin (18/11) untuk mengamankan kemungkinan kebocoran pertukaran intelijen militer yang sangat rahasia dan teknologi dalam senjata kunci yang akan diberikan Amerika Serikat kepada Manila.

Departemen Pertahanan Nasional di Manila mengatakan perjanjian tersebut bertujuan untuk memastikan keamanan pertukaran informasi militer rahasia dan akan "memungkinkan Filipina mengakses kemampuan yang lebih tinggi dan peralatan bernilai besar dari Amerika Serikat."

Kedua belah pihak tidak memberikan rincian lebih lanjut atau merilis salinan perjanjian tersebut.

BACA JUGA: Filipina dan Amerika Serikat Teken Kerja Sama Pertukaran Data Intelijen Militer

Namun, dua pejabat keamanan Filipina telah mengatakan kepada kantor berita The Associated Press bahwa perjanjian semacam itu, mirip dengan yang ditandatangani Washington dengan negara sekutu lainnya, akan memungkinkan Amerika untuk memberikan intelijen tingkat tinggi dan senjata yang lebih canggih kepada Filipina, termasuk sistem rudal.

Perjanjian itu juga akan memberikan akses militer Filipina ke sistem satelit dan pengawasan drone Amerika Serikat dengan jaminan bahwa intelijen semacam itu, dan rincian tentang senjata canggih, akan dijaga keamanannya untuk mencegah kebocoran, kata dua pejabat tersebut dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk membahas isu sensitif itu secara publik.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan di Beijing pada hari Senin bahwa tidak ada perjanjian militer yang "harus menargetkan pihak ketiga mana pun... maupun merusak perdamaian regional atau memperburuk ketegangan regional." [th/ab]