Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel tiba di Mesir hari Rabu (24/4), setelah sebelumnya berkunjung ke Israel, Yordania dan Arab Saudi.
KAIRO —
Kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel ke Mesir berlangsung di tengah-tengah ketegangan politik antara oposisi Mesir yang umumnya berhaluan sekuler dan para pemimpin Muslim di negara itu.
Pertemuan yang tidak digambar-gemborkan dengan Presiden Mohamed Morsi dan Menteri Pertahanan Abdel-Fattah al-Sisi itu diperkirakan mencakup hubungan pertahanan, keamanan, dan perkembangan kawasan.
Amerika selama ini berusaha membuat saluran tetap terbuka dengan pemerintah baru Mesir sejak Morsi menjabat bulan Juni lalu. Kedua negara telah menjalin hubungan erat sejak mantan Presiden Mesir Anwar Sadat menandatangani Perjanjian Camp David dengan Israel yang ditengahi Amerika tahun 1978.
Amerika dan sekutu-sekutu di kawasan itu prihatin bahwa kekacauan politik dan ekonomi di Mesir bisa memperburuk ketidakstabilan di Timur Tengah.
Bentrokan di Suez dan Port Said awal tahun ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya gangguan pelayaran di Terusan Suez, sementara ketiadaan hukum di Sinai mengancam keamanan di perbatasan dengan Israel.
Menteri Hagel hari Selasa mengatakan Amerika dan sekutu-sekutunya perlu tetap "lebih erat dari sebelumnya" selagi berbagai tantangan di Timur Tengah menjadi semakin rumit.
Penerbit dan redaktur kawakan Mesir Hisham Kassem mengatakan, kerjasama militer antara Amerika dan Mesir tetap kokoh meskipun terjadi gejolak politik di negara itu.
"Mungkin merupakan kejutan yang menyenangkan untuk diketahui bahwa keadaan stabil, dan kita tetap berkomitmen pada Perjanjian Camp David. Kerjasama kami dengan Israel dalam isu-isu keamanan bisa dikatakan membaik, atau setidaknya tidak memburuk. Tetapi, ini adalah komitmen kelembagaan yang tidak terkait dengan satu orang. Mantan Presiden Hosni Mubarak dan militer masih berusaha memastikan tidak akan terjadi kemunduran,” paparnya.
Kassem mengatakan, tidak mengharapkan akan ada pernyataan-pernyataan dramatis atau perubahan kebijakan dari kunjungan Hagel yang kemungkinan besar lebih merupakan kunjungan perkenalan.”
“Saya kira kunjungan ini lebih merupakan kunjungan perkenalan pribadi di mana kedua menteri pertahanan bisa bertemu. Tetapi saya kira tidak akan ada perubahan radikal dalam sifat hubungan militer Amerika dengan Mesir,” tambahnya.
Menteri Hagel dijadwalkan mengakhiri lawatan ke lima negaranya dengan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UEA) Rabu malam. Amerika mengumumkan telah setuju menjual senjata bernilai 10 miliar dolar kepada sekutu-sekutunya, yakni Israel, Arab Saudi dan UEA.
Pertemuan yang tidak digambar-gemborkan dengan Presiden Mohamed Morsi dan Menteri Pertahanan Abdel-Fattah al-Sisi itu diperkirakan mencakup hubungan pertahanan, keamanan, dan perkembangan kawasan.
Amerika selama ini berusaha membuat saluran tetap terbuka dengan pemerintah baru Mesir sejak Morsi menjabat bulan Juni lalu. Kedua negara telah menjalin hubungan erat sejak mantan Presiden Mesir Anwar Sadat menandatangani Perjanjian Camp David dengan Israel yang ditengahi Amerika tahun 1978.
Amerika dan sekutu-sekutu di kawasan itu prihatin bahwa kekacauan politik dan ekonomi di Mesir bisa memperburuk ketidakstabilan di Timur Tengah.
Bentrokan di Suez dan Port Said awal tahun ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya gangguan pelayaran di Terusan Suez, sementara ketiadaan hukum di Sinai mengancam keamanan di perbatasan dengan Israel.
Menteri Hagel hari Selasa mengatakan Amerika dan sekutu-sekutunya perlu tetap "lebih erat dari sebelumnya" selagi berbagai tantangan di Timur Tengah menjadi semakin rumit.
Penerbit dan redaktur kawakan Mesir Hisham Kassem mengatakan, kerjasama militer antara Amerika dan Mesir tetap kokoh meskipun terjadi gejolak politik di negara itu.
"Mungkin merupakan kejutan yang menyenangkan untuk diketahui bahwa keadaan stabil, dan kita tetap berkomitmen pada Perjanjian Camp David. Kerjasama kami dengan Israel dalam isu-isu keamanan bisa dikatakan membaik, atau setidaknya tidak memburuk. Tetapi, ini adalah komitmen kelembagaan yang tidak terkait dengan satu orang. Mantan Presiden Hosni Mubarak dan militer masih berusaha memastikan tidak akan terjadi kemunduran,” paparnya.
Kassem mengatakan, tidak mengharapkan akan ada pernyataan-pernyataan dramatis atau perubahan kebijakan dari kunjungan Hagel yang kemungkinan besar lebih merupakan kunjungan perkenalan.”
“Saya kira kunjungan ini lebih merupakan kunjungan perkenalan pribadi di mana kedua menteri pertahanan bisa bertemu. Tetapi saya kira tidak akan ada perubahan radikal dalam sifat hubungan militer Amerika dengan Mesir,” tambahnya.
Menteri Hagel dijadwalkan mengakhiri lawatan ke lima negaranya dengan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UEA) Rabu malam. Amerika mengumumkan telah setuju menjual senjata bernilai 10 miliar dolar kepada sekutu-sekutunya, yakni Israel, Arab Saudi dan UEA.