Pesawat latih TNI Angkatan Udara jenis Super Tucano di Malang Jawa Timur, jatuh menimpa bangunan rumah di Jalan LA Sucipto Rt.3 Rw.5 Blimbing Kota Malang Jawa Timur, Rabu (10/2). Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di kompleks Istana Kepresidenan menginstruksikan kepada jajaran TNI khususnya TNI Angkatan Udara agar segera dilakukan penelitian penyebab jatuhnya pesawat. Penelitian ini menurut Ryamizard diharapkan dapat tuntas dalam waktu cepat.
"Yang jelas, adakan pemeriksaan yang benar. Kalau pemeriksaan salah nanti berikutnya salah-salah terus. Apa ada faktor mesin, orang atau cuaca. Jadi, pesawat itu kan tidak terlalu rumit, mungkin 3 atau 2 bulan kenapa tidak?" ujarnya.
Sementara itu Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan, pihaknya sudah membentuk tim investigasi penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat Super Tucano.
Nurmantyo mengatakan, "Masalah ini kan semuanya sedang dilakukan penelitian. Jadi saya tidak bisa menyampaikan (dugaan penyebab) begitu saja. Harus tim investigasi yang meneliti betul apakah human error atau technical."
Your browser doesn’t support HTML5
Sekretaris Kabinet Pramono Anung berpendapat, ada dugaan masalah tekhnis mesin pesawat yang menyebabkan jatuhnya pesawat buatan Brasil itu.
"Kalau dilihat secara awam ya, saya bukan ahlinya, ada kemungkinan, apakah itu karena technical error atau human error. Kalau lihat pesawat berputar-putar selama 1 jam kemudian menukik jatuh kemungkinan kami menduga itu technical error. Artinya ada sesuatu di dalam pesawat tersebut. Sebab kalau lihat penerbang peristiwa di Jogja dan di malang itu lulusan akademi angkatan udara. Artinya adalah seseorang dengan kapasitas dan kapabilitas dan juga kemampuan yang mencukupi untuk menerbangkan pesawat," kata Pramono Anung.
Namun demikian Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berpendapat, Super Tucano adalah pesawat yang masih baru sehingga belum bisa dapat dikatakan mesin pesawatlah penyebab kecelakaan itu.
"Ini kan pesawat baru 2012, masih baru 4 tahun. Pembuatannya juga baru yaitu tahun 2003. Jadi nda ada masalah. Brasil sendiri sudah memproduksi pesawat ini ada 650 pesawat. Banyak yang beli selain Indonesia," tambahnya.
Sebelum pesawat Super Tucano ini jatuh, pada 20 Desember 2015, pesawat milik TNI AU juga jatuh di Yogyakarta yaitu T50i Golden Eagle dengan nomor ekor TT5007. Agar tidak lagi terulang, Pramono Anung berpendapat, perlu ada evaluasi terhadap seluruh pesawat latih milik TNI Angkatan Udara.
"Karena ini dalam waktu yang relatif pendek antara kejadian di Jogja dan Malang, maka perlu ada evaluasi terhadap pesawat-pesawat yang digunakan untuk latihan oleh TNI Angkatan Udara," ujarnya
Usulan dari Pramono Anung itu kemudian ditanggapi oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang memastikan agar semua pihak bersabar menunggu hasil penelitian investigasi peristiwa ini. Panglima TNI juga memastikan, selama ini pihak TNI Angkatan Udara selalu melakukan pemeriksaan secara berkala semua pesawat latih sebelum digunakan.
"Ya pastinya setelah diketahui baru (dilakukan evaluasi). Jangan tiba-tiba jatuh trus langsung di evaluasi apalagi sampai di grounded. Iya untuk pemeriksaan pesawat ada sistim jam. Masing-masing pesawat beda jam," kata Nurmantyo.
Jenderal Gatot Nurmantyo juga memastikan pilot dan tekhnisi pesawat Super Tucano yang jatuh itu sudah melakukan sejumlah rangkaian pemeriksaan sesuai prosedur.
Ia mengatakan, "Ini kan test flight. Artinya ya tekhnisi nya ikut sama-sama terbang. Agar mengetahui kondisi pesawat. Mulai dari start engine sampai di udara. Ini prosedur nya demikian." [aw/em]