Suasana Sahur di Restoran Kebab 24 Jam

Kebab atau daging panggang ala Pakistan, salah satu menu andalan di restoran "Kabob Palace".

Sebuah restoran kebab di Arlington, dekat Washington DC, ramai dikunjungi pelanggan dari berbagai latar belakang pada saat berbuka puasa dan sahur.

Sebuah restoran Pakistan di Arlington, Virginia, menjadi tujuan favorit banyak Muslim yang tinggal di sekitar Washington D.C. Karena buka 24 jam, restoran halal tersebut tidak hanya ramai saat berbuka puasa, tetapi juga saat sahur.

Suasana ramai ini terjadi pada pukul empat dini hari. Puluhan orang mendatangi restoran Pakistan Kabob Palace yang terletak di bilangan Arlington, Virginia. Antrian panjang terbentuk di loket pemesanan makanan. Rumah makan yang berukuran tidak terlalu besar itu pun terasa sempit.

Hampir sebagian besar pengunjung mendatangi tempat ini untuk bersantap sahur. Rumah makan halal yang buka 24 jam di sekitar Washington D.C memang sangat sedikit jumlahnya. Itulah sebabnya, tempat makan yang menyuguhkan hidangan khas Pakistan tersebut, banyak diminati sejumlah Muslim yang tinggal di sekitar ibu kota Amerika.

Salah satunya adalah warga Indonesia yang tinggal di Maryland, Tanty Atmanegara Adzannur. Ia datang untuk menikmati santap sahur bersama teman-temannya.

“Selain karena makanannya enak, juga suasananya. (Saya sahur disini) Kalau tidak salah sudah tiga kali. (Karena) pertama, disini makanan middle east-nya enak seperti lamb curry, chicken curry, lebih enak daripada di tempat-tempat lain. Disini juga buka 24 jam, jadi buat orang-orang yang tidak sempat masak, bisa kemari,” kata Tanty.

Berbagai macam pilihan menu "curry" (kari) yang juga tersedia di restoran "Kabob Palace".

Restoran Kabob Palace di Virginia ini sudah berdiri sejak tahun 1992. Sesuai dengan namanya, menu andalan Kabob Palace adalah aneka jenis kebab yang dihidangkan bersama roti pita, nasi, salad dan yoghurt. Seporsinya dijual seharga sekitar 10 dolar saja.

Karena harganya yang terjangkau, restoran ini juga banyak diminati para pelajar. Shaff Mirza, seorang pelajar SMA asal Pakistan, merupakan pelanggan tetap restoran ini. Ia dan kedua temannya memilih sahur di sini karena tidak ingin direpotkan dengan urusan masak-memasak di rumah. Kepada VOA, Mirza menceritakan suka dukanya berpuasa di rantau tanpa keluarga.

“Cukup sulit saat harus bangun di pagi hari. Biasanya saat berpuasa, usai sekolah saya langsung tidur siang. Lalu bangun saat buka puasa. Saya suka mencari kesibukan dengan bekerja. Memang sulit, tapi berpuasa sudah menjadi kewajiban seorang Muslim,” ungkap Mirza.

Suasana Kabob Palace yang tadinya ramai mulai sepi menjelang subuh. Beberapa karyawannya mulai mengangkat kursi-kursi dan membersihkan restoran itu. Salah satu sudut dari ruangan itu dikosongkan dan dijadikan tempat sholat bagi pengunjung yang ingin menunaikan ibadah sholat subuh.

Manajer Kabob Palace, Raheel, mengatakan meski banyak pengunjung yang sahur di restorannya selama bulan Ramadhan, namun bisnisnya tidak mengalami perubahan.


“Pada akhir bulan, omset penjualannya sama, tidak ada perubahan. Pada siang hari penjualan memang tersendat karena banyak yang berpuasa. Tetapi itu tertutupi pada malam hari karena banyak yang berbuka puasa dan sahur. Jadi jumlah akhirnya sama, hanya arus konsumennya saja yang berbeda,” jelas Raheel.

Begitulah suasana di Kabob Palace pada bulan Ramadhan, agak sepi pada siang hari tetapi ramai dan penuh sesak pada malam hari oleh pengunjung yang ingin berbuka puasa dan sahur.