Harga bahan pangan melonjak pada masa Natal dan Tahun Baru, yang bertepatan dengan liburan sekolah. Pemerintah terus melakukan operasi pasar untuk mengatasi lonjakan ini. Dampak kenaikan harga bahan pangan sangat dirasakan pedagang kuliner. Padahal, pemerintah sekarang ini sedang memfokuskan usaha mengembangkan wisata kuliner.
Harga sembilan bahan pangan pokok masih melonjak sejak pekan lalu menjelang liburan Natal dan Tahun Baru yang bersamaan dengan liburan sekolah saat ini. Juru bicara Tim Pengendali Inflasi Daerah TPID dari Bank Indonesia Perwakilan Solo, Muhammad Taufik Amrozy mengungkapkan harga sembako mulai merangkak naik, terutama cabai.
“Beras, telur ayam, daging ayam, dan minyak goreng, itu beberapa komoditi yang kita pantau terus perkembangan harganya. Setelah kita cek ke lapangan, ada kenaikan, mungkin karena faktor permintaan lebih banyak. Nah, kalau harga cabai ini tadi memang tinggi, saya juga kaget, lonjakan harga cukup tinggi. Prediksi kami karena faktor cuaca," kata Muhammad Taufik Amrozy.
Lonjakan harga bahan pangan ini juga mendapat sorotan Satgas Mafia Pangan di Solo. Ketua Satgas Pangan Solo, AKBP Andy Rifai, mengatakan timnya mengawasi pasokan dan fluktuasi harga pangan, termasuk saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain memantau harga, tim juga melihat langsung kondisi pasokan bahan pangan strategis hingga gas LPG.
“Ya, kita koordinasi dengan pemkot Solo, dinas perdagangan, pasar, untuk memantau masalah harga sembako. Kita akan terus cek ke lapangan, sejauh mana perkembangan harga sembako di pasar. Kalau ada pelanggaran, penimbunan, kita tindak tegas sesuai aturan,” kata AKBP Andy Rifai.
Bahan pangan pokok menjadi bahan baku para pedagang sentra kuliner di Solo, termasuk bagi hampir 100 pedagang kaki lima atau PKL berbagai makanan khas Solo di Manahan. Para pedagang kuliner di lokasi ini mulai resah dengan meroketnya harga berbagai bahan pangan pokok.
“Harga cabai, saya biasa beli seperempat kilogram hanya 5 ribu rupiah sekarang jadi 12 ribu rupiah, telur ayam saya beli per kilogram 18 ribu rupiah sekarang jadi 24 ribu rupiah, beras saya biasa beli 10 ribu rupiah sekarang jadi 12 ribu per kilogram. Ya, mungkin ini kan sedang liburan Natal atau tahun baru jadi naik semua harga sembako. Ya, dampak kenaikan harga, keuntungan jadi tipis, harga dagangan saya naik sedikit karena liburan ini, saya belum berani menaikkan harga lagi. Takut pembeli nggak mau,” kata salah seorang pedagang kuliner tahu kupat, Haryanto.
Dari pantauan di berbagai lokasi kuliner di Solo, para pedagang atau warung makanan mengatasi kenaikan harga bahan pokok dengan mematok harga makanan yang mereka produksi lebih tinggi dari biasanya.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan melakukan intervensi harga bahan pangan dengan menggelar pasar murah maupun operasi pasar sembako di berbagai daerah di 125 titik lokasi, termasuk Solo.
Kepala Bulog Subdivre III Surakarta, Titov Agus Sabelia Surya Pranata, mengatakan lebih dari separuh kuota beras yang disiapkan sudah disalurkan ke masyarakat melalui operasi pasar maupun pasar murah.
“Hingga saat ini sudah 5,2 ton beras disalurkan lewat operasi pasar dan pasar murah. Rencana kuota yang tersedia 10 ton. Operasi pasardan Pasar murah ini akan kita lakukan hingga akhir tahun ini. Ya, ini tinggal ketenangan masyarakat saja. Stok cukup kok,” kata Titov Agus Sabelia Surya Pranata.
Wisata Kuliner menjadi magnet kuat bagi Solo. Pemerintah kota Solo menerbitkan aturan pengendalian harga produk kuliner di saat liburan atau hari raya. Walikota Solo, Hadi Rudyatmo, beberapa waktu lalu, mengatakan aturan itu untuk mencegah pedagang melakukan lonjakan harga produk kuliner yang tidak wajar dan meresahkan masyarakat.
Your browser doesn’t support HTML5
Pemerintah kota Solo juga mewajibkan para pedagang memasang label harga pada produk kuliner yang dijual untuk mempermudah konsumen atau pembeli memilih berbagai alternatif kuliner di Solo.
“Kita membuat aturan, kalau hari besar keagamaan, misalnya pas Lebaran, libur Natal dan Tahun baru, kalau ada kenaikan harga itu ya diatur oleh pemkot, Dinas Perdagangan, karena paling tidak, pertimbangan secara manusiawi, bekerja di saat masa liburan atau hari raya, ini yang ada perbedaan harga, boleh saja ada kenaikan harga, tapi yang wajar, sesuai yang kita tetapkan, sekian persen naiknya.Bagaimana Solo ini kulinernya tidak dikenal sebagai kuliner yang harganya ngepruk, kalkulator rusak, dan sebagainya," lanjutnya.
Pemkot Solo mendata perputaran uang yang dibelanjakan untuk kuliner di kota Solo per tahun mencapai 310 miliar rupiah dari sektor pajak usaha kuliner. Ada sekitar 870-an restoran dan 5.000-an Pedagang Kaki Lima PKL yang berjualan produk kuliner di Solo. [ys/ab]