Menkeu APEC Bahas Melambatnya Ekonomi China

  • Shannon Van Sant

Pertemuan para menteri keuangan negara anggota APEC di Beijing, Rabu (22/10).

Para menteri keuangan negara anggota APEC minggu ini bertemu di Beijing, untuk mencari bidang-bidang kerjasama di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi China, yang telah mulai berdampak pada negara-negara lain di Asia.

Setelah pertumbuhan yang pesat selama puluhan tahun, ekonomi China mulai melambat. Ini menjadi agenda utama dalam pertemuan para menteri keuangan APEC minggu ini di Beijing. Pada penutupan pertemuan tersebut,

Menteri Keuangan China Lou Jiwei mengatakan Asia harus memimpin pemulihan perekonomian global. Ia mengatakan, kawasan Asia Pasifik merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi global.

Menurut Jiwei, para menteri keuangan itu sepakat untuk memberlakukan kebijakan-kebijakan perekonomian yang memacu pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, dan mereka bertekad menerapkan reformasi struktural yang akan memperbaiki kelemahan dalam pembangunan ekonomi saat ini.

Menkeu China Lou Jiwei memberikan pidato pada pembukaan KTT APEC tingkat menteri di Beijing, Rabu (22/10).

Berbagai reformasi struktural itu adalah perubahan yang dijanjikan pemerintah China dalam era pertumbuhan ekonomi baru yang lebih terukur.

PDB China tumbuh 7,3 persen dalam kuartal ketiga tahun ini. Meskipun itu masih yang tertinggi secara global, tetapi merupakan pertumbuhan terlamban China sejak krisis ekonomi tahun 2009.

Lou Jiwei mengatakan kunci untuk menopang ekonomi di Asia adalah peningkatan perdagangan dan investasi dalam proyek-proyek infrastruktur. Pertemuan minggu ini mengawali KTT APEC tanggal 10-11 November di Beijing yang akan dihadiri para pemimpin ke-21 negara APEC, termasuk Presiden Amerika Barack Obama.

Analis Shi Han pada Pusat Tsinghua Carnegie Untuk Kebijakan Global mengatakan penciptaan lapangan kerja masih menjadi keprihatinan utama pemerintah China.

“Saya pikir ancaman utamanya masih pengangguran dan itu masih menjadi masalah ditengah terlalu besarnya kapasitas sektor-sektor industri, terlalu banyaknya dana yang dipinjam perusahaan dan pemerintah, serta meningkatnya kesenjangan pendapatan antara orang kaya dan miskin,” papar Shi Han.

Awal tahun ini, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan melambatnya pertumbuhan adalah bagian dari rencana pemerintah China untuk lebih mengutamakan reformasi daripada pembangunan yang pesat. Pemerintah China bertekad mengurangi utang pemerintah dan meningkatkan konsumsi domestik.

Tetapi Shi mengatakan tekad itu belum tampak dalam data perekonomian China.

“Para pengusaha manufaktur China ingin mempertahankan keuntungan mereka, dan saat ini ekspor sedang meningkat. Belanja konsumen, dilain pihak, masih lesu,” ujarnya.

Melemahnya ekonomi China mungkin akan membuat pemerintah gagal memenuhi target pertumbuhan tahunan 7,5 persen. Jika memang terjadi, itu akan menjadi pertama kalinya China gagal mencapai target pertumbuhan dalam 15 tahun.