Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Senin (8/4) memperingatkan China bahwa Washington tidak akan menerima industri-industri baru dihancurkan oleh impor China. Ia mengemukakan itu sewaktu mengakhiri pertemuan empat hari untuk menekankan tuntutannya kepada Beijing agar mengendalikan kapasitas industrinya yang berlebihan.
Yellen mengatakan pada konferensi pers bahwa Presiden AS Joe Biden tidak akan membiarkan terulangnya “kejutan China” pada awal tahun 2000-an, ketika banjir impor China menghancurkan sekitar 2 juta lapangan kerja manufaktur Amerika.
Namun, ia tidak mengemukakan ancaman tarif baru atau tindakan dagang lainnya jika Beijing melanjutkan dukungan besar-besaran negara untuk kendaraan listrik, baterai, panel surya dan produk-produk energi ramah lingkungan lainnya.
Yellen memanfaatkan lawatannya yang kedua ke China dalam sembilan bulan ini untuk mengajukan keluhan bahwa investasi berlebihan China telah membangun pabrik dengan kapasitas yang jauh melebihi permintaan domestik, sementara pertumbuhan ekspor produk-produk tersebut mengancam perusahaan-perusahaan di AS dan di negara-negara lain.
Ia mengatakan forum dialog yang baru dibentuk untuk membahas isu ekses kapasitas itu akan memerlukan waktu untuk mencapai solusinya.
Yellen menyamakan kesulitan yang dirasakan di sektor baja AS pada masa lalu.
“Kami telah melihat kisah ini sebelumnya,” kata Yellen kepada wartawan. “Lebih dari satu dekade lalu, dukungan besar-besaran pemerintah China telah membuat produk baja China yang dijual di bawah harga pasar membanjiri pasar global dan menghancurkan berbagai industri di seluruh dunia dan di AS.”
Yellen menambahkan, “Saya telah menjelaskan bahwa Presiden Biden dan saya tidak akan menerima realitas seperti itu lagi.”
Ketika pasar global dibanjiri produk-produk China yang harganya dibuat sangat murah, lanjutnya. “kelangsungan hidup perusahaan-perusahaan Amerika dan perusahaan-perusahaan asing lainnya jadi dipertanyakan.”
Yellen mengatakan dialognya dengan para pejabat China telah memajukan kepentingan Amerika dan bahwa AS khawatir ekses kapasitas industri itu dirasakan juga oleh para sekutu di Eropa, Jepang, Meksiko, Filipina dan negara-negara berkembang lainnya.
Parlemen China, Kongres Rakyat Nasional, pada Maret lalu mengatakan pemerintah akan mengambil langkah-langkah untuk membatasi kapasitas industri yang berlebihan.
Tetapi Beijing mengatakan fokus AS dan Eropa belakangan ini mengenai risiko dari kapasitas berlebihan China terhadap negara-negara lain keliru.
Para pejabat China mengatakan kritik tersebut meremehkan inovasi perusahaan-perusahaan mereka dalam berbagai industri penting dan melebih-lebihkan pentingnya dukungan negara dalam mendorong pertumbuhan mereka.
Mereka juga mengatakan tarif atau pembatasan perdagangan lainnya akan membuat konsumen global kehilangan alternatif energi ramah lingkungan yang penting untuk memenuhi target iklim global. [uh/ab]