Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan banjir tidak akan menganggu target pertumbuhan ekonomi. Sementara menurut Kepala BPS, Suryamin, jika pemerintah tidak segera mengatasi distribusi bahan pangan, inflasi Januari 2014 dikhawatirkan tinggi.
JAKARTA —
Banjir di Jakarta dan sekitarnya serta di berbagai wilayah lain, sudah memasuki minggu ketiga. Saat ini banjir sudah mulai menganggu perekonomian, mulai dari tidak beroperasinya berbagai sentra perdagangan hingga terganggunya distribusi bahan pangan.
Lumpuhnya perdagangan berbagai jenis barang seperti elektronik, pakaian dan makanan serta minuman karena beberapa pusat perdagangan teredam banjir, membuat para pedagang mengeluh. Masyarakat sebagai konsumen juga kesulitan mendapatkan berbagai kebutuhan. Bahkan akhir-akhir ini, harga berbagai kebutuhan pangan naik hingga 50 persen dari harga semula karena terhambatnya distribusi, terutama jalur pantai utara atau pantura tidak dapat dilalui akibat banjir.
Namun kepada pers di Jakarta, Jumat, Menko Hatta Rajasa mengatakan, meski pemerintah mengakui kinerja perdagangan terganggu karena banjir, dan diperkirakan masih akan berlangsung hingga cuaca normal, kondisi tersebut tidak menganggu target pertumbuhan ekonomi.
“Banjir tentu secara jangka pendek memang menganggu akan tetapi saya yakin tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi kita jadi anjlok, tentu tidak, kita menjaga pertumbuhan ekonomi kita kisaran 6 persen sesuai dengan APBN kita," kata Menko Hatta Rajasa.
Pada kesempatan berbeda, Kepala BPS, Suryamin mengatakan pemerintah harus mampu mengatasi distribusi bahan pangan dengan cara mencari alternatif selain melalui jalur darat. Ia mengingatkan kemungkinan inflasi Januari 2014 tinggi, dipicu oleh terbatasnya stok pangan sehingga harga-harga naik. Komoditas beras menurutnya harus menjadi prioritas pemerintah agar distribusi lancar. Ia menjelaskan, jika harga beras naik biasanya akan diikuti kenaikan harga berbagai kebutuhan lain.
Target inflasi 2014 sekitar 6 persen, namun BPS mengingatkan inflasi Januari tahun lalu sebesar 1,03 persen akibat banjir. Inflasi Januari tersebut menurut BPS merupakan kontribusi terbesar sehingga target inflasi 2013 semula sebesar 5,8 persen direvisi menjadi 7,2 persen tidak tercapai. Realisasi inflasi 2013 sebesar 8,38 persen.
Sementara target pertumbuhan ekonomi 2014 pada kisaran 5,8 persen hingga 6,2 persen.
Selain akibat banjir, kemungkinan tidak tercapainya target inflasi dan pertumbuhan ekonomi dikhwatirkan kalangan pengamat dan pengusaha, juga karena dipicu oleh kenaikan LPG dan kenaikan tarif dasar listrik atau TDL.
Lumpuhnya perdagangan berbagai jenis barang seperti elektronik, pakaian dan makanan serta minuman karena beberapa pusat perdagangan teredam banjir, membuat para pedagang mengeluh. Masyarakat sebagai konsumen juga kesulitan mendapatkan berbagai kebutuhan. Bahkan akhir-akhir ini, harga berbagai kebutuhan pangan naik hingga 50 persen dari harga semula karena terhambatnya distribusi, terutama jalur pantai utara atau pantura tidak dapat dilalui akibat banjir.
Namun kepada pers di Jakarta, Jumat, Menko Hatta Rajasa mengatakan, meski pemerintah mengakui kinerja perdagangan terganggu karena banjir, dan diperkirakan masih akan berlangsung hingga cuaca normal, kondisi tersebut tidak menganggu target pertumbuhan ekonomi.
“Banjir tentu secara jangka pendek memang menganggu akan tetapi saya yakin tidak akan membuat pertumbuhan ekonomi kita jadi anjlok, tentu tidak, kita menjaga pertumbuhan ekonomi kita kisaran 6 persen sesuai dengan APBN kita," kata Menko Hatta Rajasa.
Pada kesempatan berbeda, Kepala BPS, Suryamin mengatakan pemerintah harus mampu mengatasi distribusi bahan pangan dengan cara mencari alternatif selain melalui jalur darat. Ia mengingatkan kemungkinan inflasi Januari 2014 tinggi, dipicu oleh terbatasnya stok pangan sehingga harga-harga naik. Komoditas beras menurutnya harus menjadi prioritas pemerintah agar distribusi lancar. Ia menjelaskan, jika harga beras naik biasanya akan diikuti kenaikan harga berbagai kebutuhan lain.
Target inflasi 2014 sekitar 6 persen, namun BPS mengingatkan inflasi Januari tahun lalu sebesar 1,03 persen akibat banjir. Inflasi Januari tersebut menurut BPS merupakan kontribusi terbesar sehingga target inflasi 2013 semula sebesar 5,8 persen direvisi menjadi 7,2 persen tidak tercapai. Realisasi inflasi 2013 sebesar 8,38 persen.
Sementara target pertumbuhan ekonomi 2014 pada kisaran 5,8 persen hingga 6,2 persen.
Selain akibat banjir, kemungkinan tidak tercapainya target inflasi dan pertumbuhan ekonomi dikhwatirkan kalangan pengamat dan pengusaha, juga karena dipicu oleh kenaikan LPG dan kenaikan tarif dasar listrik atau TDL.