Menlu AS Hadapi Sorotan Senat Soal Penarikan Pasukan dari Afghanistan

Menlu AS Antony Blinken saat menyampaikan keterangannya terkait penarikan pasukan AS dari Afghanistan dalam pertemuan virtual di hadapan Komite Urusan Luar Negeri DPR AS di Washington, 13 September 2021. (REUTERS/Jonathan Ernst)

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kemungkinan akan menghadapi serangkaian pertanyaan sulit lainnya dari para legislator terkait penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan bulan lalu, pada waktu ia dijadwalkan hadir di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Selasa (14/9).

Selama lima jam kehadirannya melalui konferensi video di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri DPR hari Senin (13/9), Blinken dengan gigih membela keputusan pemerintahan Presiden Joe Biden untuk melakukan penarikan militer AS dari Afghanistan setelah 20 tahun. Ia tidak pernah goyah dalam menghadapi pertanyaan keras dan bernada marah dari beberapa anggota DPR.

Ia mengatakan kepada panel itu bahwa apabila Presiden Biden memutuskan untuk melanjutkan perang, ini “akan memerlukan lebih banyak lagi pengiriman pasukan AS ke Afghanistan untuk membela diri dan mencegah pengambilalihan oleh Taliban, menimbulkan korban dan dengan prospek terbaiknya adalah memulihkan kebuntuan namun tetap terperangkap di Afghanistan, diserang, tanpa batas.”

BACA JUGA: Biden Kembali Bela Penarikan AS dari Afghanistan

“Tidak ada bukti bahwa bertahan lebih lama akan membuat pasukan keamanan Afghanistan atau pemerintah Afghanistan menjadi lebih tangguh atau lebih mandiri,” ujarnya. “Jika 20 tahun dan ratusan miliar dolar dalam bentuk dukungan, peralatan dan pelatihan tidak memadai, mengapa satu tahun, atau lima tahun, atau 10 tahun lagi, akan membuat perbedaan?,” tandasnya.

Pemberontak Taliban mengambil alih Afghanistan pada pertengahan Agustus sewaktu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri ke pengasingan di Uni Emirat Arab. AS mengevakuasi 124 ribu orang, sebagian besar adalah orang Afghanistan, bersama-sama dengan sekitar 5.500 orang Amerika, dari bandara Kabul dalam hari-hari terakhir bulan Agustus, dengan meninggalkan sekitar 100 orang Amerika di sana.

BACA JUGA: Menlu Blinken Tegaskan Keputusan Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan

Beberapa orang Amerika akhirnya dapat meninggalkan negara itu, melalui jalan darat atau beberapa penerbangan, dengan persetujuan Taliban. Tetapi Blinken mengatakan bahwa hingga akhir pekan lalu, sekitar 100 orang Amerika masih berada di Afghanistan.

Blinken mengatakan para pejabat AS tidak memperkirakan kejatuhan pemerintah Afghanistan yang demikian cepat, bahkan ketika Taliban bergerak maju di berbagai penjuru negara itu.

“Bahkan penilaian paling pesimistis pun tidak memperkirakan bahwa pasukan pemerintah di Kabul akan tumbang sementara pasukan AS bertahan,” katanya.

Meskipun evakuasi utama telah berakhir, Blinken mengatakan, “Kami melanjutkan upaya tanpa henti untuk membantu orang Amerika yang tersisa, serta orang Afghanistan dan warga negara-negara mitra dan sekutu, untuk meninggalkan Afghanistan jika mereka memilih demikian.”

“Seperti yang telah kita lakukan sepanjang sejarah kita, warga Amerika kini menyambut baik keluarga-keluarga dari Afghanistan ke dalam komunitas kita dan membantu mereka bermukim sewaktu mereka memulai kehidupan baru,” kata Blinken. “Ini sesuatu yang patut dibanggakan juga,” lanjutnya.

Anggota DPR AS menyimak keterangan Menlu AS Antony Blinken dalam pertemuan virtual di Komite Urusan Luar Negeri DPR AS di Gedung Capitol, Washington, D.C., 13 September 2021. (Getty Images via AFP)

Legislator Republik yang beroposisi dan beberapa kolega Biden dari partai Demokrat telah mengkritik cara penanganan presiden dalam penarikan pasukan, warga Amerika dan ribuan orang Afghanistan yang bekerja bagi pasukan AS sebagai penerjemah atau konsultan semasa perang.

Ketua komite itu di DPR, Gregory Meeks mengatakan, “Melepaskan diri dari Afghanistan tidak akan pernah mudah.”

Tetapi ia menambahkan, “Perang ini seharusnya telah berakhir 19 tahun silam,” setelah AS berhasil menyingkirkan Taliban dari kekuasaan ketika itu dan menyerbu pusat-pusat pelatihan bagi teroris al-Qaida yang menyerang AS pada tahun 2001, yang menewaskan hampir 3.000 orang. [uh/ab]