Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengimbau negara-negara Afrika untuk mengambil alih operasi militer Perancis di Mali sesegera mungkin dalam kunjungan singkat di Paris (27/2).
PARIS —
Menteri Luar Negeri John Kerry memuji operasi militer Perancis di Mali, sebuah negara yang menurutnya sedang bergolak dengan tidak terkendali. Ia mengatakan, Amerika memberi dukungan transportasi, intelijen dan lain-lainnya untuk serangan yang dipimpin Perancis terhadap militan Islam di Mali utara.
Namun, dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius, John Kerry mengatakan, baik Amerika maupun Perancis tidak menghendaki berada di wilayah tersebut untuk waktu lama. “Pada akhirnya harus ada solusi dari Afrika. Tujuan bersama kita kini seharusnya PBB dan negara-negara Afrika dilibatkan, sehingga Prancis dapat menarik diri,” tegasnya.
Perancis mengatakan pasukannya akan tetap berada di Mali selama diperlukan. Tetapi, pemerintah juga mendorong pasukan Afrika untuk mengambil alih operasi itu - kemungkinan dibawah pengawasan pasukan penjaga perdamaian PBB.
Hari Selasa, Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian mengatakan, pasukan Perancis sebelumnya terlibat dalam pertempuran sengit dengan kelompok ekstrimis di Mali bagian utara dan masih terlalu dini untuk berbicara tentang penarikan segera.
Sejauh ini, operasi Perancis tersebut telah menelan biaya lebih dari 133 juta dolar. Pejabat-pejabat Perancis juga khawatir akan keselamatan kira-kira enam warga Perancis yang disandera di wilayah tersebut.
Fabius menyebut beberapa aspek untuk memecahkan masalah Mali antara lain pemberantasan kelompok teroris, pemilu yang demokratis, dialog antara utara dan selatan, dan pertumbuhan ekonomi. Seperti Kerry, Fabius juga mengatakan jawaban terakhir bergantung pada Mali dan negara-negara tetangganya. “Jelas pada akhirnya, masa depan Mali dan Afrika terletak di tangan rakyat Mali dan negara-negara Afrika,” ujarnya.
Kedua menlu berbicara dalam persinggahan akhir John Kerry di Perancis, dimana Menlu baru itu juga membahas isu Suriah, Iran, perdagangan bebas dan perubahan iklim dengan pejabat-pejabat tinggi, termasuk Presiden Perancis François Hollande. Menlu Kerry sedang melakukan lawatan ke sembilan negara. Dari Perancis, Menlu AS akan bertolak ke Italia.
Namun, dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius, John Kerry mengatakan, baik Amerika maupun Perancis tidak menghendaki berada di wilayah tersebut untuk waktu lama. “Pada akhirnya harus ada solusi dari Afrika. Tujuan bersama kita kini seharusnya PBB dan negara-negara Afrika dilibatkan, sehingga Prancis dapat menarik diri,” tegasnya.
Perancis mengatakan pasukannya akan tetap berada di Mali selama diperlukan. Tetapi, pemerintah juga mendorong pasukan Afrika untuk mengambil alih operasi itu - kemungkinan dibawah pengawasan pasukan penjaga perdamaian PBB.
Hari Selasa, Menteri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian mengatakan, pasukan Perancis sebelumnya terlibat dalam pertempuran sengit dengan kelompok ekstrimis di Mali bagian utara dan masih terlalu dini untuk berbicara tentang penarikan segera.
Sejauh ini, operasi Perancis tersebut telah menelan biaya lebih dari 133 juta dolar. Pejabat-pejabat Perancis juga khawatir akan keselamatan kira-kira enam warga Perancis yang disandera di wilayah tersebut.
Fabius menyebut beberapa aspek untuk memecahkan masalah Mali antara lain pemberantasan kelompok teroris, pemilu yang demokratis, dialog antara utara dan selatan, dan pertumbuhan ekonomi. Seperti Kerry, Fabius juga mengatakan jawaban terakhir bergantung pada Mali dan negara-negara tetangganya. “Jelas pada akhirnya, masa depan Mali dan Afrika terletak di tangan rakyat Mali dan negara-negara Afrika,” ujarnya.
Kedua menlu berbicara dalam persinggahan akhir John Kerry di Perancis, dimana Menlu baru itu juga membahas isu Suriah, Iran, perdagangan bebas dan perubahan iklim dengan pejabat-pejabat tinggi, termasuk Presiden Perancis François Hollande. Menlu Kerry sedang melakukan lawatan ke sembilan negara. Dari Perancis, Menlu AS akan bertolak ke Italia.