Berbicara di Riyadh, Arab Saudi, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, cara terbaik meringankan bencana kemanusiaan di Gaza adalah dengan mencapai gencatan senjata dan membebaskan sandera yang ditahan Hamas.
Meskipun pembicaraan berlanjut, Hamas sejauh ini dengan tegas menolak rangkaian tawaran yang dinegosiasikan Mesir, Qatar, dan AS serta disetujui Israel. Blinken menyatakan, meskipun kesepakatan belum tercapai, sangat penting untuk memperbaiki kondisi di Gaza saat ini.
“Kita juga tidak menunggu gencatan senjata untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan warga sipil di Gaza,” kata Blinken kepada menteri luar negeri-menteri luar negeri Dewan Kerja Sama Teluk pada Senin (29/4) pagi.
Blinken mengakui ada kemajuan yang terukur dalam beberapa pekan ini, termasuk dibukanya perlintasan baru dan peningkatan volume pengiriman bantuan ke Gaza dan di dalam Gaza, serta pembangunan koridor maritim AS, yang akan dibuka dalam beberapa minggu ke depan. Namun itu tidak cukup, cetus Blinken.
"Kita masih perlu mendistribusikan lebih banyak bantuan di dalam dan sekitar Gaza,” katanya.
Sudah puluhan pekerja bantuan tewas sejak konflik dimulai, dan serangan mematikan Israel terhadap konvoi bantuan World Central Kitchen di Gaza bulan ini semakin menyoroti bahaya dan kesulitan dalam melindungi mereka. Israel mengatakan serangan itu adalah kesalahan dan telah mengambil tindakan disiplin terhadap pejabat yang terlibat.
World Central Kitchen mengatakan melanjutkan operasinya di Gaza pada Senin (29/4) setelah penangguhan selama empat minggu.
Sementara itu para menteri luar negeri Arab Saudi, Yordania dan Mesir, Senin (29/4), berbicara dalam Forum Ekonomi Dunia tentang Gaza serta masa depan rakyat Palestina dan apa artinya bagi wilayah tersebut.
BACA JUGA: Proyek Pembangunan Dermaga untuk Bantuan ke Gaza Telan Biaya $320 Juta“Ini pemerintahan paling radikal dalam sejarah Israel, dipimpin seorang perdana menteri yang didorong oleh ideologi yang tidak percaya pada solusi dua negara. Dari apa yang kita lihat sejauh ini, jelas bahwa Perdana Mentyeri Netanyahu tidak menginginkan perdamaian. Ini menyeret kita semua ke dalam masalah, termasuk AS,” kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi.
Pada hari yang sama, juga di Riyadh, digelar pertemuan menteri-menteri luar negeri negara-negara Arab dan Eropa. Mereka membahas situasi di Jalur Gaza dan menjajaki pilihan menuju solusi dua negara, yang memungkinkan Israel dan Palestina hidup damai.
Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide, memperingatkan bahwa kembali ke keadaan sebelum 7 Oktober bukanlah sebuah “solusi.”
"Itu bukan sebuah solusi. Itu tidak akan menjadi solusi. Kita perlu bergerak maju dari itu," katanya.
Menolak kembali ke kebuntuan pada masa lalu, ia menganjurkan pendekatan berpikiran maju yang berfokus pada keamanan, normalisasi, dan pembangunan negara.
Your browser doesn’t support HTML5
Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat. Sekitar dua pertiga dari jumlah itu adalah anak-anak dan perempuan.
Perang telah menyebabkan sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, menyebabkan kehancuran besar di beberapa kota besar dan kecil, dan mendorong Gaza utara ke ambang kelaparan.
Israel mengatakan Hamas masih menyandera sekitar 100, dan lebih dari 30 jasad orang Israel. [ka/em]