Menlu AS John Kerry di Roma hari Rabu (23/10) mengatakan ia yakin bahwa isu nuklir Iran dapat diselesaikan secara diplomatik, namun PM Israel Netanyahu meragukan hal ini.
ROMA, ITALIA —
Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan isu nuklir Iran dapat diselesaikan secara diplomatik, tetapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendesak pelucutan sepenuhnya program kontroversial Iran itu. Kedua tokoh itu mengungkapkan hal tersebut hari Rabu (23/10) di Roma, Italia. Kerry mengatakan masyarakat internasional menginginkan agar Iran tidak dibolehkan mengembangkan senjata nuklir.
“Apa yang kita semua butuhkan – agar bisa puas terkait sanksi-sanksi PBB, berbagai tuntutan IAEA serta keperluan keamanan kita sendiri – kita perlu tahu bahwa ada langkah-langkah yang dilakukan guna memastikan dengan jelas bahwa program apapun yang dikembangkan memang bertujuan damai,” ungkap Kerry.
Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut program nuklir Iran adalah masalah keamanan paling utama yang dihadapi Israel.
Netanyahu menegaskan, “Iran tidak boleh memiliki kemampuan membuat senjata nuklir. Ini artinya mereka tidak boleh punya alat pengayaan, dan reaktor plutonium yang menggunakan air berat yang hanya digunakan untuk membuat senjata nuklir. Mereka harus memusnahkan bahan-bahan nuklir yang telah terkumpul, dan mereka tidak boleh punya fasilitas nuklir di bawah tanah yang jelas bertujuan militer. Saya pikir tiadanya kesepakatan lebih baik daripada kesepakatan yang buruk. Kesepakatan sebgian yang memberi Iran berbagai kemampuan nuklir adalah kesepakatan yang buruk.”
Kerry mengatakan, Amerika akan mengusahakan hubungan diplomatik dengan Iran, tetapi tetap dengan “mata terbuka lebar.”
Iran telah lama mengatakan program nuklirnya bertujuan damai, dan negara itu telah dijatuhi sejumlah sanksi karena menolak menghentikan pengayaan uranium.
Minggu lalu, perundingan di Jenewa antara Iran dan kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman berakhir dengan tinjauan yang optimistis dari kedua pihak. Mereka dijadwalkan mengadakan pertemuan berikutnya tanggal 7 November.
Pembicaraan Kerry dan Netanyahu di Roma juga diperkirakan dipusatkan pada perundingan damai Israel-Palestina dan krisis di Suriah.
“Apa yang kita semua butuhkan – agar bisa puas terkait sanksi-sanksi PBB, berbagai tuntutan IAEA serta keperluan keamanan kita sendiri – kita perlu tahu bahwa ada langkah-langkah yang dilakukan guna memastikan dengan jelas bahwa program apapun yang dikembangkan memang bertujuan damai,” ungkap Kerry.
Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut program nuklir Iran adalah masalah keamanan paling utama yang dihadapi Israel.
Netanyahu menegaskan, “Iran tidak boleh memiliki kemampuan membuat senjata nuklir. Ini artinya mereka tidak boleh punya alat pengayaan, dan reaktor plutonium yang menggunakan air berat yang hanya digunakan untuk membuat senjata nuklir. Mereka harus memusnahkan bahan-bahan nuklir yang telah terkumpul, dan mereka tidak boleh punya fasilitas nuklir di bawah tanah yang jelas bertujuan militer. Saya pikir tiadanya kesepakatan lebih baik daripada kesepakatan yang buruk. Kesepakatan sebgian yang memberi Iran berbagai kemampuan nuklir adalah kesepakatan yang buruk.”
Kerry mengatakan, Amerika akan mengusahakan hubungan diplomatik dengan Iran, tetapi tetap dengan “mata terbuka lebar.”
Iran telah lama mengatakan program nuklirnya bertujuan damai, dan negara itu telah dijatuhi sejumlah sanksi karena menolak menghentikan pengayaan uranium.
Minggu lalu, perundingan di Jenewa antara Iran dan kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman berakhir dengan tinjauan yang optimistis dari kedua pihak. Mereka dijadwalkan mengadakan pertemuan berikutnya tanggal 7 November.
Pembicaraan Kerry dan Netanyahu di Roma juga diperkirakan dipusatkan pada perundingan damai Israel-Palestina dan krisis di Suriah.