Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan pembicaraan mendatang di Wina untuk menemukan solusi politik di Suriah yang dilanda perang adalah "peluang yang paling menjanjikan" selama bertahun-tahun. Kerry menyampaikan hal tersebut hari Rabu di Carnegie Endowment for International Peace, sebuah lembaga penelitian di Washington. Wartawan VOA Molly McKitterick melaporkan.
Pertempuran di Suriah antara pendukung pemerintah, pemberontak moderat dan ekstremis Negara Islam atau ISIS sudah menimbulkan kengerian tanpa henti selama empat setengah tahun ini, kata Kerry kepada lembaga itu, menambahkan bahwa tidak akan mudah untuk menemukan solusi.
"Teman-teman, tantangan yang kita hadapi di Suriah saat ini hampir sama dengan mencari jalan keluar dari neraka," kata Menlu AS John Kerry.
Gempuran koalisi pimpinan AS yang kian sengit untuk melawan ISIS merupakan bagian dari apa yang disebut Kerry pendekatan dua cabang di Suriah.
Koalisi akan kembali memberikan pasokan kepada pejuang moderat, meningkatkan serangan udara dan mulai menekan Raqqa, kota utama ISIS. Tapi menurut Kerry, untuk mengalahkan ISIS, perang di Suriah harus diakhiri.
Pendekatan kedua adalah pembicaraan di Wina, yang secara resmi dimulai Jumat ini dengan partisipasi Rusia, Turki, Arab Saudi dan Iran. Kerry optimis.
"Kesempatan terbaik yang kita miliki adalah untuk datang ke meja perundingan dan mengakui bahwa harus ada solusi politik yang telah dibicarakan oleh semua orang," kata John Kerry.
Sebelumnya Rabu, anggota parlemen AS mempertanyakan prospek perdamaian di Suriah, mengingat kesenjangan antara posisi AS dan Rusia dan Iran.
Selain itu, Rusia dan Iran telah meningkatkan operasinya.
"Keduanya telah meningkatkan investasi militer mereka di Suriah, dan apa yang saya khawatirkan adalah mereka berpikir bahwa dengan lebih menguasai situasi militer mereka akan dapat mendikte syarat-syaratnya," kata Michele Dunne dari Carnegie Endowment for International Peace.
"Sebuah akhir konflik yang lebih cepat di Suriah yang akan menyatukan negara dan memungkinkan rakyatnya hidup dalam damai."
Dengan tujuan itu, Kerry berangkat ke Wina. [as]