Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengeluarkan pernyataan tersebut hari Rabu (10/9) di ibukota Irak, Baghdad, di mana ia bertemu dengan PM Haider al-Abadi, pada awal lawatan sepekannya di wilayah itu.
Diplomat tertinggi Amerika itu mengatakan, ia juga optimistis bahwa pemerintah baru Irak dapat mempersatukan Irak. Pendahulu Abadi, Nouri-al-Maliki, dikecam karena mengesampingkan minoritas Sunni Irak dan membantu membuka jalan bagi kebangkitan kelompok ekstremis.
Beberapa jam sebelum Kerry memulai kunjungan ke Baghdad, para pejabat Irak mengatakan, dua bom mobil meledak di bagian timur Ibukota, menewaskan sedikitnya 9 orang.
Pembicaraan Kerry dilakukan sebelum pidato hari Rabu di mana Presiden Barack Obama akan membeberkan strateginya untuk menghadapi kelompok ekstremis yang menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah itu.
Para pejabat Gedung Putih tidak memberi rincian mengenai apa yang akan dikatakan oleh Obama. Presiden sudah menutup kemungkinan pengerahan pasukan Amerika kembali ke Irak.
Hari Selasa Presiden memberi penjelasan kepada para pemimpin Demokrat dan Republik dari kedua majelis Kongres mengenai rencananya. Obama mengatakan kepada mereka bahwa ia yakin ia tidak memerlukan persetujuan resmi Kongres sebelum memperluas operasi militer.
Menlu AS John Kerry mengatakan, ia terdorong oleh komitmen PM Irak yang baru untuk memerangi kelompok militan Negara Islam atau ISIS.