“Mengenai Suriah, Menlu Tillerson ingin membahas berbagai upaya untuk meredakan kekerasan, memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Suriah, dan memulai penyelesaian konflik secara politis,” kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan hari Senin (8/5).
Pengumuman tersebut disampaikan ketika Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis mengatakan hari Senin bahwa Amerika akan secara seksama mengkaji rencana Rusia untuk menetapkan zona “de-eskalasi” di Suriah.
Ketika ditanya tentang prakarsa tersebut hari Senin, Mattis mengatakan “Kami akan melihat proposal itu, apakah bisa berhasil.”
Rusia, Turki dan Iran menyetujui sebuah kesepakatan yang diusulkan oleh Moskow minggu lalu untuk menetapkan apa yang disebut zona “de-eskalasi” di Suriah dalam upaya untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama enam tahun.
Proposal tersebut menyerukan agar dilakukan tindakan untuk mengurangi pertempuran di empat wilayah yang ditunjuk di Suriah di mana pemberontak yang tidak terkait dengan militan ISIS mengendalikan wilayah yang cukup luas.
Rencana tersebut muncul dari putaran terakhir perundingan damai yang melibatkan Rusia, Iran dan Turki di Astana, Kazakhstan. Amerika diwakili oleh seorang pejabat senior pada pertemuan tersebut, tetapi tidak ikut menjadi penandatangan kesepakatan.
Prakarsa itu mulai berlaku pada tengah malam Jumat. Rusia mengatakan bahwa zona tersebut tertutup bagi pesawat dari koalisi pimpinan Amerika.
Perundingan damai Astana terpisah dari upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mempertemukan pihak Suriah dengan pihak-pihak yang bersengketa demi berlangsungnya negosiasi untuk menghentikan pertempuran dan melancarkan transisi politik dengan sebuah konstitusi dan pemilihan baru. [lt]