Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada hari Senin (13/9) secara tegas membela keputusan penarikan pasukan militer dari Afghanistan pada bulan lalu dalam keterangan yang ia berikan di hadapan anggota Kongres AS.
Penarikan tersebut menandai berakhirnya perang selama dua dasawarsa. Perang tersebut tercatat sebagai perang yang paling lama dalam sejarah AS.
Menurut Blinken, jika Presiden Biden memutuskan untuk memperpanjang perang, hal itu “akan membutuhkan pengerahan lebih banyak pasukan AS ke Afghanistan untuk membela (negara) kita dan mencegah pengambilalihan oleh Taliban," ujar Blinken kepada Komite Urusan Luar Negeri DPR AS.
BACA JUGA: Blinken: Taliban Harus Buktikan LegitimasinyaIa menambahkan juga bila AS bersikukuh untuk terus menaruh pasukannya di Afghanistan bukan tidak mungkin korban akan semakin berjatuhan dan negaranya terperangkan dalam perang yang tidak berkesudahan.
“Tidak ada bukti bahwa bertahan lebih lama dapat membuat pasukan keamanan atau pemerintah Afghanistan lebih handal atau bisa mempertahankan diri,” katanya.
“Kalau selama 20 tahun dan ratusan milyar dolar untuk mendukung, memperlengkapi peralatan, dan melatih tidak cukup, mengapa satu tahun, atau lima tahun, atau sepuluh akan bisa membuat hasilnya berbeda?”
Pemberontak Taliban mengambil alih kekuasaan di negara itu pada pertengahan Agustus lalu ketika Presiden Ashraf Ghani melarikan diri ke Uni Emirat Arab.
AS sendiri berhasil mengevakuasi 124 ribu orang, kebanyakan diantaranya adalah warga Afghanistan, bersama 5500 warga Amerika, dari bandara Kabul pada hari-hari terakhir di bulan Agustus, dan meninggalkan sekitar 100 warga Amerika di negara yang terletak di bagian Asia Selatan tersebut.
Beberapa dari mereka kemudian berhasil meninggalkan Afghanistan, lewat jalan darat atau beberapa penerbangan, disertai dengan izin dari Taliban. Akan tetapi Blinken menyampaikan pada akhir minggu lalu, sekitar 100 warga Amerika masih berada Afghanistan.
BACA JUGA: Pemimpin PBB: Bantuan Mendesak Diperlukan di AfghanistanBlinken menyatakan pejabat AS tidak mengantisipasi kejatuhan pemerintahan Afghanistan sedemikian cepatnya, meski Taliban waktu itu membuat kemajuan ofensif di seluruh wilayah.
“Penilaian paling pesimis sekalipun tidak bisa memprediksi pemerintahan di Kabul akan ambruk ketika pasukan AS masih berada di sana,” tegas Menlu AS itu.
Meskipun evakuasi utama sudah berakhir, kata diplomat tertinggi AS itu, “Kami masih terus melakukan upaya tak henti-hentinya untuk membantu setiap warga Amerika yang tertinggal juga warga Afghanistan dan warga negara dari negara-negara sekutu, untuk meninggalkan Afghanistan jika mereka memilih hal itu.” (jm/mg)