Menteri luar negeri Iran telah dinyatakan positif mengidap COVID-19 menjelang momen penting dalam upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir dengan negara-negara besar dunia.
Hossein Amir-Abdollahian "teruji positif virus corona," kata kantor berita Tasnim, Senin malam (1/11).
Diplomat karier berusia 57 tahun, yang diangkat menjadi menteri luar negeri pada Agustus oleh Presiden ultrakonservatif Ebrahim Raisi, adalah orang kepercayaan ahli strategi militer Jenderal Qassem Soleimani yang terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS awal tahun lalu.
"Kesehatannya secara umum memuaskan dan dia melanjutkan tugas hariannya dari karantina," kata juru bicara kementerian Saeed Khatibzadeh kepada kantor berita resmi IRNA.
Khatibzadeh sebelumnya mengatakan bahwa pembicaraan dengan pihak-pihak yang tersisa dalam kesepakatan nuklir 2015 akan dilanjutkan "dalam dua atau tiga minggu ke depan". Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa para menteri tidak akan ambil bagian dalam pembicaraan itu.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah berulang kali memperingatkan bahwa waktunya hampir habis untuk membatalkan penarikan AS dari kesepakatan yang diperintahkan oleh pendahulunya Donald Trump.
Washington tidak secara langsung berpartisipasi dalam pembicaraan itu tetapi menyampaikan pandangannya melalui perantara-perantaranya di Uni Eropa.
Pengabaian Trump terhadap perjanjian itu dan penerapan kembali sanksi-sanksi ekonomi mendorong Iran untuk menangguhkan banyak komitmen yang dibuatnya dengan imbalan pencabutan sanksi-sanksi.
Pemerintah-pemerintah Barat mengeluarkan pernyataan bersama Sabtu lalu yang menyatakan keprihatinan besar atas keputusan Iran untuk memproduksi uranium yang sangat diperkaya, yang menurut mereka "tidak memenuhi kebutuhan sipil yang kredibel."
Iran mengatakan produksinya itu "untuk kebutuhan pasokan medis dan untuk digunakan sebagai bahan bakar di reaktor riset Teheran." Negara itu menegaskan kesiapannya untuk kembali melanjutkan pembicaraan.Pembicaraan telah ditunda sejak sebelum pemilihan Raisi pada bulan Juni lalu. [ab/uh]