Menteri perkeretaapian Bangladesh menuduh partai oposisi utama negara itu melakukan “pembakaran” dan “sabotase” setelah sebuah kebakaran terjadi Selasa pagi (19/12) di sebuah kereta penumpang di ibu kota, menewaskan empat orang termasuk seorang ibu dan anak.
Nurul Islam Sujon menuduh Partai Nasionalis Bangladesh, yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Khaleda Zia, melakukan kekerasan atas nama protes antipemerintah untuk menggagalkan pemilu nasional pada 7 Januari dan “menciptakan kekacauan.”
Partai Zia yang memboikot pemilu, mengeluarkan pernyataan yang menyangkal tuduhan tersebut.
“Ada kecurigaan mendalam di kalangan masyarakat apakah kejadian ini dilakukan sebagai siasat untuk mengalihkan perhatian publik dari gerakan demokrasi yang sedang berlangsung,” kata sekretaris jenderal partai tersebut, Ruhul Kabir Rizvi.
Partai tersebut kadang-kadang memberlakukan blokade transportasi dan pemogokan umum yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang berupaya untuk kembali berkuasa untuk masa jabatan keempat berturut-turut.
Para petugas pemadam kebakaran pada hari Selasa menemukan empat mayat setelah tiga gerbong kereta Mohanganj Express terbakar, kata Shahjahan Sikder, wakil asisten direktur Dinas Pemadam Kebakaran dan Pertahanan Sipil Bangladesh. Kereta tersebut meninggalkan distrik Netrokona pada Senin malam menuju Dhaka dan dipenuhi penumpang.
Seorang ibu berusia 32 tahun dan putranya yang berusia tiga tahun termasuk di antara korban tewas, kata Sikder.
Belum diketahui pasti penyebab kebakaran tersebut dan polisi sedang menyelidikinya.
Partai Zia menyerukan pemogokan umum sepanjang hari Selasa di seluruh negara Asia Selatan itu sebagai bagian dari gerakan antipemerintah menjelang pemilu. Pada hari Senin, sekitar 1.900 kandidat, termasuk banyak kandidat independen, mulai berkampanye di 300 daerah pemilihan. Hasina, perdana menteri saat ini dan ketua partai berkuasa Liga Awami, akan memulai kampanyenya dari kota Sylhet di Bangladesh timur laut pada hari Rabu.
Partai Zia telah menyerukan boikot terhadap pemilu tersebut setelah tuntutan mereka terhadap pemerintahan sementara untuk mengawasi pemilu tidak dipenuhi. Partai tersebut menuduh Hasina melakukan kecurangan dalam pemilu tahun 2018 dan mengatakan mereka tidak yakin pemilu mendatang akan berlangsung adil.
Boikot ini membuat para pemilih tidak mempunyai pilihan selain memilih kembali Hasina. Pemilu ini berlangsung ketika pemerintah menindak politisi oposisi. Partai Zia mengatakan lebih dari 20.000 anggota partainya telah ditangkap sejak 28 Oktober, ketika seorang pejabat polisi dibunuh secara brutal dalam unjuk rasa besar-besaran, yang diduga dilakukan oleh para pendukung Zia.
Pemerintah membantah tuduhan menarget oposisi namun memperingatkan bahwa “tindakan sabotase” atau “upaya menciptakan kekacauan” di negara tersebut tidak akan ditoleransi. Hasina telah menjanjikan pemilu yang bebas dan adil, dan mendorong pihak independen untuk ikut serta dalam pemilu tersebut. [ab/uh]