Menteri Kehakiman Brazil Flavio Dino pada Senin (9/1) mengatakan “pelik dan tidak mungkin” bagi Brazil untuk meminta agar mantan presiden Jair Bolsonaro diekstradisi dari AS setelah para pendukungnya menyerbu gedung-gedung pemerintah dan menyebabkan kerusakan meluas untuk memprotes hasil pemilu.
Flavio Dino mengatakan, “Terkait ekstradisi, penting untuk ingat bahwa ini adalah prosedur hukum, diatur oleh perjanjian internasional dan hanya mungkin untuk meminta ekstradisi seseorang yang terkait dengan proses kriminal, dan mantan presiden Jair Bolsonaro tidak dalam situasi itu.”
Jadi secara teknis, lanjutnya, sekarang ini tidak ada unsur apa pun untuk meminta ekstradisi Bolsonaro.
Dino mengatakan pemerintah sebelumnya melihat di media sosial ada indikasi sesuatu yang sedang direncanakan tetapi mereka tetap saja terkejut oleh skala serangan yang membuat gedung Mahkamah Agung, Kongres dan sebagian Istana Kepresidenan, diserbu dan dirusak. Ia mengatakan sekitar 1.500 orang ditahan terkait kerusuhan itu.
Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, para pemimpin Kongres dan ketua Mahkamah Agung Senin mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan “para pembela demokrasi” di Brazil “menolak tindakan terorisme, vandalisme, kejahatan dan upaya kudeta” serta “bersatu untuk mengambil tindakan institusioanl, berdasarkan hukum Brazil.”
Ribuan orang turun ke jalan di kota-kota besar pada hari Senin, menuntut hukuman terhadap para pendukung Bolsonaro yang menyerbu institusi pemerintah sehari sebelumnya.
BACA JUGA: Pendukung Bolsonaro Serbu Kongres BrazilAksi terbesar berlangsung di Paulista Avenue di Sao Paulo dan Lapangan Cinelândia di Rio de Janeiro.
Bolsonaro, yang kini tinggal di Orlando, Florida, Senin (9/1), ke rumah sakit karena nyeri usus, kata istrinya, Michelle, di Instagram.
Dokternya mengatakan ia mengalami penyumbatan usus yang tidak serius dan mungkin tidak memerlukan operasi, menurut Reuters.
Beberapa anggota parlemen AS dari Partai Demokrat telah meminta pemerintah AS agar memulangkan mantan presiden itu ke Brazil. [uh/ab]