Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman memperingatkan pada Sabtu (4/2) bahwa sanksi dan kurangnya investasi di sektor energi dapat mengakibatkan krisis pasokan energi.
Uni Eropa telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia, mengurangi ekspor komoditas energi Rusia. Negara-negara Barat lainnya juga telah memberlakukan langkah-langkah serupa karena mereka berusaha membatasi kemampuan Moskow untuk mendanai perangnya di Ukraina.
Menanggapi pertanyaan tentang bagaimana sanksi akan mempengaruhi pasar energi, Pangeran Abdulaziz mengatakan pada sebuah konferensi industri di Riyadh: "Semua yang disebut sanksi, embargo, kurangnya investasi, mereka akan membelit pada satu hal dan hanya satu hal, kurangnya pasokan energi dari segala komoditas saat mereka paling dibutuhkan."
BACA JUGA: G7, Eropa Sepakat Batasan Harga untuk Solar RusiaPangeran Abdulaziz tidak secara khusus menyebut Rusia dalam sambutannya. Dia mengatakan Arab Saudi sedang berupaya mengirim bahan bakar gas cair (LPG) ke Ukraina, yang paling umum digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan pemanas.
Ditanya pelajaran apa yang telah dipelajari dari dinamika pasar energi pada 2022, Pangeran Abdulaziz mengatakan yang paling penting adalah agar seluruh dunia "mempercayai OPEC+."
"Kami adalah kelompok negara yang bertanggung jawab, kami mengambil kebijakan yang relevan dengan energi dan pasar minyak, dan kami tidak melibatkan diri dalam masalah politik," kata sang pangeran.
BACA JUGA: Di Tengah Sanksi Barat, Rusia Kirim Minyak Mentah ke Asia dengan Supertanker ChinaPangeran Abdulaziz mengatakan dia tetap berhati-hati pada setiap peningkatan produksi.
OPEC+, aliansi yang mencakup anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sejumlah negara termasuk Rusia, pada tahun lalu bersepakat untuk memangkas target produksinya sebesar 2 juta barel per hari atau sekitar 2 persen dari permintaan dunia, dari November hingga akhir 2023 untuk mendukung pasar. [ah]