Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly pada Minggu (23/4) mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah menutup Kedutaan Besar Inggris di Khartoum dan mengevakuasi seluruh staf diplomatik dan keluarga mereka seiring terus memanasnya situasi di Sudan.
Cleverly mengatakan para diplomat akan direlokasi ke kedutaan-kedutaan besar lain di kawasan itu, dan bahwa Inggris “akan meningkatkan” tim mereka guna “tetap melindungi warga negara Inggris” di Sudan.
Cleverly menegaskan mendukung warga negara Inggris di negara itu merupakan “prioritas utama” dan mendesak mereka untuk mendaftarkan rincian keberadaan di Sudan ke Kantor Urusan Luar Negeri Inggris “sehingga jika ada kesempatan maka kita akan menemukan cara untuk membantu mereka.”
Pertempuran antara pasukan militer Sudan pimpinan Jendral Abdel-Fattah Burhan dan kelompok paramiliter Rapid Support Forces pimpinan Jendral Mohammed Hamdan Dagalo pecah pada 15 April lalu.
BACA JUGA: AS Evakuasi Diplomat, Tutup Kedubes di Sudan yang Dilanda KekerasanKedua jendral ini adalah mantan sekutu yang bersama-sama merebut kekuasaan dalam kudeta militer tahun 2021, tetapi kemudian bersaing sengit memperebutkan tampuk kekuasaan.
Pertempuran di antara pasukan yang saling bersaing itu minggu lalu telah menjerumuskan kota Khartoum, yang berpenduduk lebih dari lima juta orang, ke ambang kehancuran. Warga bersembunyi di dalam rumah tanpa aliran listrik, sementara dentuman bom dan letusan senjata membahana. Sebagian pihak memanfaatkan situasi dengan berkeliaran di jalan-jalan dan menjarah rumah.
Lebih dari 400 orang meninggal, termasuk 264 warga sipil; sementara lebih dari 3.500 lainnya luka-luka dalam pertempuran itu.
Cleverly mengatakan fokus diplomatik Inggris dan mitra-mitra internasionalnya adalah untuk “mendorong jendral-jendral yang terlibat dalam konflik itu untuk mengakhiri pertempuran ini.” [em/jm]