Demonstran anti pemerintah Thailand merayakan penggulingan perdana menteri Yingluck Shinawatra atas perintah pengadilan pekan ini dan kembali ke pusat kota Bangkok hari Jumat dalam usaha memaksa pemerintah untuk mengundurkan diri.
BANGKOK —
Di Bangkok, demonstran anti pemerintah menutup beberapa jalan utama ketika mereka merayakan dipecatnya Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.
Lhienthong Thisopha, seorang purnawirawan militer berusia 72 tahun mengatakan, dia mendukung rapat umum untuk mengakhiri pengaruh Thaksin Shinawatra, bekas perdana menteri bilioner yang partai politiknya telah memenangkan tiap pemilu nasional sejak tahun 2001.
Lhienthong mengatakan meskipun Yingluck Sinawatra dipaksa meletakkan jabatan, sisa pejabat pemerintahan yang masih ada bagaikan pohon yang masih berdiri.
Para demonstran terus mendesak untuk mengganti pemerintahan dengan dewan sementara yang akan melaksanakan pembaharuan politik yang luas sebelum pemilu mendatang.
Samarn Letwongrath, anggota senior partai Pheu Thai yang berkuasa mengatakan, sekalipun para demonstran akan berusaha menunda pemilu bulan Juli, pemilu mungkin akan dilangsungkan sebelum akhir tahun karena perekonomian sangat terganggu apabila ketegangan terus berlanjut.
“Saya sendiri yakin bahwa mereka mungkin akan menunda pemilu. Tetapi bagaimanapun, pemilu harus diselenggarakan tahun ini, karena semua pengusaha akan mendesakkan penyelesaian, supaya perekonomian bisa pulih, dan pemimpin demonstrasi anti pemerintah , Suthep Thaugsuban harus bertanggung jawab atas situasi buruk dalam ekonomi ini,” kata Samarn Letwongrath.
Ekonomi Thailand goyah sejak demonstrasi protes mulai berlangsung akhir tahun lalu. Perekonomian tumbuh kira-kira 2,9 persen tahun 2013, tetapi bisa memburuk tahun ini dengan turunnya jumlah kunjungan wisatawan, program pembelian beras yang mahal dan kontroversial, dan keengganan para investor asing untuk menanam modal dalam keadaan yang tidak menentu.
Thanavath Phonvichai, Ketua Kamar dagang Thailand mengatan, “Mungkin tahun ini ekonomi Thailand akan tumbuh antara nol sampai dua persen, tergantung pada keadaan politik. Kalau kelompok kaos merah dan kaos kuning terus bentrok -- dan terlibat dalam kekerasan, itu tidak baik bagi ekonomi Thailand, rakyat dan pengusaha Thailand, dan mereka tidak akan menginvestasikan apapun.”
Militer dan polisi Thailand dilaporkan meningkatkan usaha untuk mencegah timbulnya tindak kekerasan, sementara para pendukung pemerintah mengancam akan datang ke Bangkok dalam beberapa hari mendatang.
Lhienthong Thisopha, seorang purnawirawan militer berusia 72 tahun mengatakan, dia mendukung rapat umum untuk mengakhiri pengaruh Thaksin Shinawatra, bekas perdana menteri bilioner yang partai politiknya telah memenangkan tiap pemilu nasional sejak tahun 2001.
Lhienthong mengatakan meskipun Yingluck Sinawatra dipaksa meletakkan jabatan, sisa pejabat pemerintahan yang masih ada bagaikan pohon yang masih berdiri.
Para demonstran terus mendesak untuk mengganti pemerintahan dengan dewan sementara yang akan melaksanakan pembaharuan politik yang luas sebelum pemilu mendatang.
Samarn Letwongrath, anggota senior partai Pheu Thai yang berkuasa mengatakan, sekalipun para demonstran akan berusaha menunda pemilu bulan Juli, pemilu mungkin akan dilangsungkan sebelum akhir tahun karena perekonomian sangat terganggu apabila ketegangan terus berlanjut.
“Saya sendiri yakin bahwa mereka mungkin akan menunda pemilu. Tetapi bagaimanapun, pemilu harus diselenggarakan tahun ini, karena semua pengusaha akan mendesakkan penyelesaian, supaya perekonomian bisa pulih, dan pemimpin demonstrasi anti pemerintah , Suthep Thaugsuban harus bertanggung jawab atas situasi buruk dalam ekonomi ini,” kata Samarn Letwongrath.
Ekonomi Thailand goyah sejak demonstrasi protes mulai berlangsung akhir tahun lalu. Perekonomian tumbuh kira-kira 2,9 persen tahun 2013, tetapi bisa memburuk tahun ini dengan turunnya jumlah kunjungan wisatawan, program pembelian beras yang mahal dan kontroversial, dan keengganan para investor asing untuk menanam modal dalam keadaan yang tidak menentu.
Thanavath Phonvichai, Ketua Kamar dagang Thailand mengatan, “Mungkin tahun ini ekonomi Thailand akan tumbuh antara nol sampai dua persen, tergantung pada keadaan politik. Kalau kelompok kaos merah dan kaos kuning terus bentrok -- dan terlibat dalam kekerasan, itu tidak baik bagi ekonomi Thailand, rakyat dan pengusaha Thailand, dan mereka tidak akan menginvestasikan apapun.”
Militer dan polisi Thailand dilaporkan meningkatkan usaha untuk mencegah timbulnya tindak kekerasan, sementara para pendukung pemerintah mengancam akan datang ke Bangkok dalam beberapa hari mendatang.