Merangkul Kembali Mereka ke Pangkuan NKRI

  • Yudha Satriawan

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo (depan ke-4 dari kiri) beserta rombongan Pemprov Jateng foto bersama mantan napi terorisme, Joko Tri, ketua Yayasan Gema Salam (depan nomor 5 dari kiri) di salah satu hotel di Solo, Jumat (28/6). (VOA/Yudha)

Puluhan mantan narapidana kasus terorisme di Jawa tengah dan Yogyakarta berkumpul di salah satu hotel di Solo. Mereka sudah menjalani program deradikalisasi dan kini memilih jalan meningkatkan ekonomi.

Salah seorang mantan narapidana kasus terorisme, Joko Tri Hatmanto atau yang dikenal dengan sebutan Jack Harun, mengungkapkan masih sering mengalami teror dari kelompok jaringan terorisme lain maupun stigma negatif masyarakat pada dirinya. Joko hanyalah segelintir dari sebagian 40an anggota Yayasan Gema Salam Jawa Tengah yang hadir dalam suatu pertemuan di sebuah hotel di Solo, Jumat (28/6).

Puluhan mantan napi kasus terorisme di Jawa Tengah tersebut langsung berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pembukaan acara yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Joko, yang pernah menjalani hukuman penjara karena terlibat dalam kasus terorisme Bom Bali itu, kini membuka usaha kuliner di perbatasan Solo-Sukoharjo.

BACA JUGA: NU-Afghanistan Dorong Diplomasi “Islam Nusantara” untuk Selesaikan Konflik

Joko yang menjabat ketua Yayasan bersama puluhan anggota organisasinya tersebut kini bersama pemerintah berusaha merangkulparamantan narapidana kasus terorisme kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui program deradikalisasi.

“Ya ada 5, 10, kawan-kawan yang sudah menjalani hukuman pidana, mereka keluar penjara berharap tidak ada stigma negatif dan bisa memperbaiki perekonomian keluarganya. Kemarin organisasi kami ini bekerjasama dengan kementerian sosial.Ada bantuan usaha per orang 15 juta rupiah untuk modal membuka usaha. Masih banyak kawan-kawan kami mantan napi terorisme yang dicap negatif masyarakat, diasingkan, dijauhi, kami berharap dalam pertemuan ini berharap bisa membantu dalam membangun NKRI. Kami masih sering juga diteror kelompok terorisme lain karena kami sudah menjauhi ideologi mereka,” ujarnya.

Suasana pertemuan Pemprov Jateng dengan puluhan mantan Napi terorisme yang sudah menjalani program deradikalisasi di salah satu hotel di Solo, Jumat (28/6). (VOA/Yudha)

Joko dan teman-temannya sesama mantan narapidana kasus terorisme membuka berbagai usaha untuk menghidupi keluarga mereka. Ada yang berusaha kuliner, laundry, bengkel, dan sebagainya. Mereka mendapat modal belasan juta rupiah untuk mengembangkan usahanya tersebut. Joko dan teman-temannya juga gencar melakukan kampanye mencegah paham radikalisme maupun terorisme di berbagai sekolah, tempat ibadah, maupun organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan.

Joko dan teman-temannya mengaku prihatin dengan keterlibatan remaja maupun anak-anak dalam aksi maupun jaringan terorime.

Aksi percobaan bom bunuh diri di pos polisi Kartasuro, Sukoharjo awal bulan ini yang pelakunya masih berusia 22 tahun menjadi bahan dialog. Tak hanya itu, sejumlah aksi terorisme yang mengorbankan anak-anak dari keluarga terduga pelaku kasus terorisme bom bunuh diri, hingga kondisi anak-anak keluarga WNI yang terlibat ISIS di Timur Tengah menjadi sorotan dalam pertemuan tersebut.

Pemerintah Siap Bantu Lakukan Pendampingan

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam kesempatan tersebut mengapresiasi langkah puluhan mantan narapidana kasus terorisme yang menjalani program deradikalisasi dan kembali ke pangkuan NKRI. Menurut Ganjar, pemerintah akan membantu dan melakukan pendampingan secara ekonomi dan sosial agar para mantan narapidana kasus terorisme ini bisa kembali ke masyarakat.

“Kasus radikalisme dan terorisme, para pelaku ini sudah menjalani hukuman berat, program deradikalisasi, dan mau kembali ke pangkuan NKRI, tidak lagi berideologi radikalisme dan terorisme, (maka) kita akan bantu. Akses (untuk) kredit, pelatihan, pendampingan secara ekonomi dan sosial sangat memungkinkan. Ada yang berjualan kuliner, buka usaha laundry, bengkel, dan sebagainya. Semua musti ada verifikasi ketat dari negara pada mantan terpidana kasus terorisme maupun WNI yang terlibat ISIS di luar negeri," papar Ganjar.

Your browser doesn’t support HTML5

Merangkul Kembali Mereka ke Pangkuan NKRI

"Beberapa media kan sudah mengungkap kondisi WNI yang terlibat ISIS di luar negeri. Orang tuanya sudah meninggal, sedangkan anak-anaknya terlantar. Menurut saya, musti ada tempat untuk membawa anak-anak korban perilaku orang tua yang terlibat ISIS di luar negeri untuk kembali ke pangkuan NKRI. Pemerintah menyiapkan program khusus untuk ruang penetralan pikiran dari pemahaman radikal, sehingga anak-anak itu akan bisa kembali ke masyarakat,” pungkasnya. (ys/lt)