Pemerintahan sementara Mesir hari Rabu (25/12) menyatakan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris sehingga semua aktivitas, pendanaan dan keanggotaan dalam kelompok itu adalah kejahatan.
Pengumuman pemerintah sementara Mesir Rabu (25/12) itu merupakan peningkatan ketegangan yang drastis antara pemerintah dan kelompok Ikhwanul Muslimin, yang telah menggelar demonstrasi hampir setiap hari sejak kudeta militer 3 Juli yang menggulingkan Presiden Mohamed Morsi. Morsi berasal dari kelompok tersebut.
Hossam Eissa, Menteri Pendidikan Tinggi Mesir, membacakan pernyataan Kabinet itu seusai rapat panjang. Ia mengatakan: “Kabinet telah menyatakan kelompok Ikhwanul Muslimin dan organisasinya sebagai organisasi teroris.”
“Mustahil bagi negara Mesir ataupun rakyat Mesir tunduk pada terorisme Ikhwanul Muslimin,” tambah Hossam.
Ia mengatakan keputusan itu diambil menanggapi pemboman fatal hari Selasa yang menarget markas besar polisi di kota Delta Nil, dimana 16 orang tewas dan lebih 100 lainnya cedera. Ikhwanul membantah mereka bertanggung jawab atas serangan di Mansoura itu, sementara sebuah kelompok al-Qaida hari Rabu mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri itu.
Hossam Eissa tidak menyebut dalam pidatonya bukti yang mengaitkan Ikhwanul dengan serangan hari Selasa.
Ikhwanul, yang didirikan tahun 1928, mengecam kekerasan pada akhir 1970an. Ibrahim Elsayed, anggota kelompok politik Ikhwanul yaitu Partai Kebebasan dan Keadilan, mengatakan pengumuman pemerintah itu tidak akan berdampak pada kerja atau keyakinan mereka karena mereka telah berulang kali menyaksikan penindasan pemerintah, dan kelompok itu tetap berpandangan Islam yang moderat.
“Keputusan ini tidak ada artinya bagi kami dan hanyalah selembar kertas belaka,” kata Elsayed kepada kantor berita AP. “Keputusan itu tidak akan mempengaruhi kami sekarang ataupun di masa depan. Berbagai gagasan tidak akan bisa dipengaruhi oleh tuduhan-tuduhan palsu.”
Hossam Eissa, Menteri Pendidikan Tinggi Mesir, membacakan pernyataan Kabinet itu seusai rapat panjang. Ia mengatakan: “Kabinet telah menyatakan kelompok Ikhwanul Muslimin dan organisasinya sebagai organisasi teroris.”
“Mustahil bagi negara Mesir ataupun rakyat Mesir tunduk pada terorisme Ikhwanul Muslimin,” tambah Hossam.
Ia mengatakan keputusan itu diambil menanggapi pemboman fatal hari Selasa yang menarget markas besar polisi di kota Delta Nil, dimana 16 orang tewas dan lebih 100 lainnya cedera. Ikhwanul membantah mereka bertanggung jawab atas serangan di Mansoura itu, sementara sebuah kelompok al-Qaida hari Rabu mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri itu.
Hossam Eissa tidak menyebut dalam pidatonya bukti yang mengaitkan Ikhwanul dengan serangan hari Selasa.
Ikhwanul, yang didirikan tahun 1928, mengecam kekerasan pada akhir 1970an. Ibrahim Elsayed, anggota kelompok politik Ikhwanul yaitu Partai Kebebasan dan Keadilan, mengatakan pengumuman pemerintah itu tidak akan berdampak pada kerja atau keyakinan mereka karena mereka telah berulang kali menyaksikan penindasan pemerintah, dan kelompok itu tetap berpandangan Islam yang moderat.
“Keputusan ini tidak ada artinya bagi kami dan hanyalah selembar kertas belaka,” kata Elsayed kepada kantor berita AP. “Keputusan itu tidak akan mempengaruhi kami sekarang ataupun di masa depan. Berbagai gagasan tidak akan bisa dipengaruhi oleh tuduhan-tuduhan palsu.”