Meski Digempur, Milisi Libya Pertahankan Pelabuhan Minyak

Pipa yang hancur terlihat di pelabuhan minyak Ras Lanuf, Libya, 11 Januari 2017.

Pasukan yang setia kepada komandan militer Libya timur, Jenderal Khalifa Haftar, telah menggempur pejuang milisi Muslim yang merebut pelabuhan minyak utama Sidra dan Ras Lanouf. Pasukan Haftar menguasai distrik "segitiga minyak" di negara itu sejak September 2016.

Laporan-laporan media Libya menyebutkan jet-jet tempur angkatan udara yang setia kepada komandan militer Libya timur Jenderal Khalifa Haftar menyerang pasukan milisi Muslim yang menguasai sebagian pelabuhan minyak Sidra dan lapangan udara di dekat pelabuhan minyak Ras Lanouf. Juru bicara Haftar, Kolonel Ahmed al-Mismary mengatakan, serangan udara akan berlanjut dan pasukannya membalas serangan milisi Muslim yang menguasai daerah itu, merebut kembali sebagian lapangan udara Ras Lanouf, seraya memperkuat daerah sekitar Ras Lanouf dengan pejuang dari Libya timur. Tujuannya, menurut Mismary, menghancurkan milisi supaya tidak bisa kembali ke daerah itu.

Pasukan milisi, yang menyebut diri sebagai "Brigade Pertahanan Benghazi," memulai serangan mendadak terhadap Sidra dan Ras Lanouf hari Kamis. Juru bicara milisi, Yasser Jebali, menyatakan pasukannya bertahan.

Menurut Jebali, terjadi pertempuran sengit di daerah itu dan 50 atau 60 kendaraan lapis baja pengangkut pasukan yang setia kepada Jenderal Haftar mencoba mengalahkan pasukannya, tetapi gagal.

Serangan milisi itu bertepatan dengan kunjungan pemerintah "persatuan nasional" Libya dukungan internasional, diketuai Perdana Menteri Fayez el-Seraj ke Moskow. Seraj, yang pemerintahannya masih belum disetujui parlemen Libya di Tobruk, mengatakan pasukannya tidak bertanggungjawab atas serangan itu.

Seraj juga bersikeras, Jenderal Haftar maupun Ketua Parlemen Aguila Saleh menghalangi upaya mediasi Mesir mengadakan pertemuan tatap muka antara dia dan jenderal itu.

Stasiun televisi Libya, Al-Ahrar TV, yang berbasis di Qatar dan mendukung milisi Muslim di Tripoli dan Misrata, mengklaim bahwa "Brigade Pertahanan Benghazi" terdiri atas pejuang dari Benghazi, yang kini dibawah kendali Haftar. Dikatakan, Haftar menggunakan tentara bayaran dari Chad, tuduhan yang dibantah jurubicaranya.

"Brigade Pertahanan Benghazi" dilaporkan telah merebut Jaffra, oasis minyak gurun Libya, Desember lalu. Belum jelas siapa yang mendukung kelompok itu, tetapi mantan utusan khusus PBB untuk Libya Tarek Mitri mengatakan dalam wawancara tahun lalu negara-negara Teluk tertentu diam-diam mendukung mereka.

Kepada Libyan TV, Mamdouh Salameh, analis minyak yang berpusat di London mengatakan, "kendali atas pelabuhan minyak terbesar di Libya, Ras Lanouf dan Sidra, selalu menjadi kepentingan utama milisi negara itu dan pemerintah persatuan nasional karena keduanya adalah kunci perekonomian negara itu dan akhirnya kunci untuk menguasai Libya. [ka/al]