Meski Kamboja Ragu, ASEAN Matangkan Rencana Latihan Militer Bersama

  • Associated Press

Laksamana Yudo Margono (tengah) bersama Jenderal Kamboja Vong Pisen (kedua kanan), Jenderal Thailand Chalermphon S.(ketiga kiri) dan senior Vietnam LetJen Nguyen Tan C.(kiri) pada pertemuan di Nusa Dua, Bali, 7 Juni 2023.(AP/Firdia Lisnawati)

Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mematangkan rencana latihan angkatan laut bersama pada bulan September, yang pertama diadakan oleh negara-negara di blok itu sendiri, pada saat beberapa negara anggotanya menanggapi dengan lebih keras terhadap peningkatan keagresifan China di kawasan itu.

Militer Indonesia mengatakan Selasa (20/6) bahwa negara-negara anggota ASEAN telah mengadakan konferensi perencanaan awal untuk latihan bersama itu, yang akan diadakan pada 18-25 September di dekat wilayah yang disengketakan di Laut China Selatan, meskipun ada keraguan dari Kamboja.

China mengatakan sebagian besar Laut China Selatan terletak di dalam area "sembilan garis putus-putus", yang digunakannya untuk membatasi apa yang dianggapnya sebagai perbatasan lautnya. Klaim itu telah membuatnya tegang dengan negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Filipina, dengan kapal-kapal penangkap ikan dan kapal-kapal militer China menjadi lebih agresif di perairan yang disengketakan.

BACA JUGA: Usul Latihan Militer Bersama ASEAN, Bertepuk Sebelah Tangan?

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono pada awalnya mengatakan latihan tersebut akan berlangsung di wilayah Laut China Selatan yang telah diganti namanya menjadi Laut Natuna Utara oleh Indonesia pada tahun 2017 untuk menegaskan klaimnya bahwa wilayah tersebut, yang meliputi ladang gas alam, adalah bagian dari zona ekonomi eksklusifnya.

Demikian pula, Filipina telah menamai bagian dari apa yang dianggap perairan teritorialnya sebagai Laut Filipina Barat.

Namun, dalam sebuah pernyataan hari Selasa, Indonesia, yang memegang posisi ketua bergilir ASEAN, mengatakan bahwa latihan tersebut sekarang sedang direncanakan di perairan Natuna Selatan, tepat di luar “sembilan garis putus-putus”.

Dua anggota ASEAN, Kamboja dan Myanmar, yang memelihara hubungan dekat dengan China, menolak untuk ambil bagian dalam pertemuan perencanaan itu, menurut militer Indonesia.

BACA JUGA: ASEAN akan Langsungkan Latihan Militer Gabungan Pertama di Lepas Pantai Indonesia

Setelah Indonesia mengumumkan latihan tersebut awal bulan ini menyusul pertemuan para pejabat pertahanan di Bali, Kamboja membantah telah mengambil keputusan. Negara itu mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah diminta untuk mengikuti latihan militer itu dan sedang membentuk kelompok kerja untuk mengevaluasinya.

Kementerian Pertahanan Kamboja tidak segera menanggapi permintaan komentar atas rencana revisi latihan tersebut.

China pada masa lalu telah menjelaskan keberadaannya di perairan yang disengketakan atas dasar apa yang disebutnya sebagai “hak penangkapan ikan yang sudah lama dimilikinya”. Kapal-kapal China juga secara teratur berpatroli di lepas pulau Kalimantan dan dekat Beting James, sebelah timur kepulauan Natuna, yang merupakan klaim teritorial paling selatan China yang juga diklaim oleh Malaysia.

Dalam satu insiden yang banyak mendapat sorotan, sebuah kapal garda pantai China pada 6 Februari mengarahkan laser tingkat militer ke kapal patroli Filipina di lepas pantai karang yang disengketakan itu. Aksi itu sempat menyulitkan penglihatan beberapa awak kapal Filipina. dan mendorong Manila untuk mengintensifkan patroli di perairan yang disengketakan.

BACA JUGA: Klaim Tumpang Tindih Teritorial di Laut China Selatan

Negara-negara ASEAN telah mengambil bagian dalam latihan angkatan laut sebelumnya dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat dan China tetapi latihan September akan menjadi yang pertama hanya melibatkan blok tersebut dan dipandang banyak pihak sebagai sinyal khusus ke China.

Teuku Rezasyah, pakar hubungan internasional di Universitas Padjajaran Indonesia, mengatakan Indonesia perlu menjelaskan secara rinci apa yang direncanakan untuk menghindari kesalahpahaman tentang pesan apa, jika ada, yang mungkin ingin dikirim ASEAN ke Beijing.

“Ini harus dijelaskan ke publik, karena kalau tidak akan terkesan kita melakukan tindakan yang membuat China tidak senang,” ujarnya. “Angkatan Laut yang bergerak di sekitar Laut Natuna akan memberi kesan bahwa kami melecehkan sembilan garis putus-putus China.” [ab/lt]