Aktivitas perdagangan daging ular dan kelelawar di pasar ekstrem Tomohon, Sulawesi Utara masih berlangsung meskipun mengalami penurunan tingkat penjualan hingga 50 persen. Para pedagang maupun pembeli yang ditemui VOA di pasar ekstrim Tomohon menyebutkan bila dimasak dengan baik maka daging kelelawar maupun ular itu akan bebas dari penyakit.
Pasar ekstrim yang menjual daging hewan kelelawar, ular dan tikus di kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara tetap beraktivitas seperti biasa. Sejumlah pedagang yang ditemui VOA di pasar itu pada Selasa, 10 Maret 2020 mengaku kegiatan jual beli di pasar itu tetap berlangsung seperti biasa meskipun diakui ada penurunan penjualan.
Pasar ekstrem berada di salah satu bangunan Pasar Beriman Tomohon yang juga menjual berbagai komoditi hasil pertanian, ikan air tawar, ikan laut hingga barang barang kebutuhan rumah tangga. Pasar Beriman Tomohon memiliki luas 1,5 hektar yang menjadi sumber mata pencaharian bagi seribu pedagang. Selain daging kelelawar dan ular, pasar itu juga menjual daging babi hutan, dan anjing.
Roy (41) penjual daging kelelawar yang dalam bahasa daerah setempat disebut Paniki, meyakini daging kelelawar itu bersih dari penyakit khususnya virus corona. Aktivitas mengkonsumsi daging kelelawar sudah lama menjadi hal yang biasa untuk warga setempat.
“Kalau mau bilang virus yang ada mau datang di sini, belum pernah ada selama kita hidup di Minahasa sini, kalau memang ada, sudah dari dulu torang pe orang tua so mati,” kata Roy.
Pasokan kelelawar itu diperolehnya dari Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat. Daging kelelawar itu dijual dalam kondisi sudah dipanggang dengan harga 50 ribu rupiah per kilogramnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Meskipun terjadi penurunan penjualan daging kelelawar di pasar ekstrim tersebut, menurutnya adalah hal yang biasa terjadi pada periode Januari sampai Maret. Tingkat penjualan tertinggi biasanya terjadi menjelang hari raya Paskah, Natal dan Tahun Baru.
Pedagang lainnya, Moses (53), menjelaskan cara pengolahan daging kelelawar maupun ular yang dimasak berkali-kali membuat makanan daging kelelawar maupun ular bebas penyakit. Hal itu sudah dilakukan oleh orang tua mereka sejak lama, dan hingga kini belum pernah ada dalam keluarga mereka yang jatuh sakit karena makanan itu.
“Cara masak, kita kan tiga kali bakar ini baru terakhir kita bikin dengan santan, tiga kali masak. Masak lama-lama bisa sampai empat jam yang terakhir. Begitu lagi ular, sama,” ungkap Moses yang sudah berjualan di pasar ekstrem itu dalam 25 tahun terakhir.
Jemy seorang tukang bangunan yang hari itu datang membeli satu kilo daging kelelawar di pasar ekstrim, mengatakan sejauh ini belum ada kasus corona di wilayah itu sehingga ia tidak khawatir untuk tetap mengkonsumsi daging kelelawar. Daging kelelawar yang dibeli dalam kondisi sudah dipanggang itu menurutnya akan direbus kembali agar dagingnya yang keras menjadi empuk. Setelah direbus baru kemudian dimasak dengan campuran bumbu untuk dikonsumsi.
"Oh, tidak ada kekhawatiran dengan virus corona karena di daerah sini belum pernah kedengaran virus corona dan masyarakat di sini sudah terbiasa dengan konsumsi daging kelelawar," ungkap Jemy.
Your browser doesn’t support HTML5
Pemerintah terus edukasi pola hidup dan sehat di Pasar Ekstrim Tomohon
Direktur Perusahaan Daerah Pasar Tomohon, Noldy H Montolalu mengatakan berita mengenai virus corona yang disebut-sebut ditularkan oleh ular dan kelelawar di pasar seafood di kota Wuhan, provinsi Hubei, China, menurunkan tingkat penjualan daging kelelawar dan ular di pasar Tomohon sebanyak 50 persen sejak Januari 2020.
Sebagai langkah pencegahan pemerintah melalui instansi dinas kesehatan Tomohon terus mengedukasi para pedagang di pasar ekstrim untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar mengolah daging ular dan kelelawar dengan baik. Sejauh ini hasil pemeriksaan terhadap sampel darah kelelawar yang dijual di pasar ekstrim Tomohon menunjukkan negatif virus corona.
“Satu hal yang menggembirakan, pada awal Februari Dinas Peternakan Provinsi dan Kota mengambil sampel darah kelelawar yang dijual di Tomohon untukdiperiksa di Sulawesi Selatan, di Maros. Hasilnya negatif. Baru kemarin (9/3), kami dapat informasi, hasilnya negatif, tidak mengandung virus corona,” jelas Noldy.
Dia menambahkan dalam lima tahun terakhir, 90 persen ular dan kelelawar yang dijual di pasar ekstrim Tomohon itu berasal dari Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, sehingga kini pemerintah setempat juga telah memperketat pengawasan di perbatasan untuk memastikan hewan-hewan yang dibawa ke wilayah itu tidak membawa penyakit yang membahayakan kesehatan. [yl/ab]