Raksasa teknologi Microsoft pada hari Rabu (17/4) mengatakan bahwa kampanye online Rusia untuk mempengaruhi pemilu presiden AS tahun ini mulai meningkat dalam 45 hari terakhir. Tetapi, menurut mereka, kecepatannya lebih lambat dibandingkan pada pemilu sebelumnya.
Menurut laporan tim peneliti Microsoft, sejumlah akun yang terkait dengan Rusia telah menyebarkan konten-konten memecah belah yang ditujukan kepada para pembaca AS, termasuk mengkritik dukungan Amerika terhadap Ukraina dalam perang melawan Rusia.
Kedutaan Besar Rusia di Washington tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar, tetapi Kremlin mengatakan pada bulan lalu bahwa mereka tidak akan ikut campur dalam pemilu AS yang akan berlangsung bulan November mendatang. Kremlin juga menepis tuduhan AS bahwa Rusia mengatur kampanye untuk mempengaruhi pemilu presiden AS tahun 2016 dan 2020.
Meski aktivitas Rusia yang diamati Microsoft tidak seintens pada pemilu sebelumnya, para peneliti menyebut aktivitas itu bisa saja meningkat dalam beberapa bulan ke depan.
BACA JUGA: Kremlin Sangkal Campuri Pemilu AS 2020Kampanye Rusia secara online yang paling produktif disebut terkait dengan Administrasi Kepresidenan Rusia. Kampanye lainnya memposting disinformasi secara online dalam berbagai bahasa, dengan postingan yang biasanya dimulai dengan seorang yang terlihat seperti whistleblower atau jurnalis warga yang memposting konten di sebuah saluran video. Konten tersebut kemudian diliput oleh jejaring situs web yang mencakup DC Weekly, Miami Chronical, dan The Intel Drop.
“Pada akhirnya, setelah narasi tersebut beredar secara online selama beberapa hari atau minggu, audiens di Amerika Serikat mengulangi dan memposting ulang informasi yang keliru tersebut, kemungkinan besar tanpa menyadari sumber aslinya,” tulis Microsoft.
Penggunaan kecerdasan buatan (AI) oleh pihak asing yang menarget pemilu AS merupakan kekhawatiran utama yang dikutip sejumlah pengamat politik Amerika. Namun, Microsoft mengatakan bahwa pemalsuan digital yang sederhana lebih sering terjadi daripada deepfakes. Manipulasi audio juga disebut memiliki dampak yang lebih besar daripada video.
“Jarang sekali penggunaan konten AI generatif oleh negara mencapai jangkauan luas di media sosial, dan hanya dalam beberapa kasus saja kami melihat adanya penipuan murni dari konten semacam itu. Manipulasi yang paling sederhana, bukan penggunaan AI yang rumit, kemungkinan besar akan menjadi bagian dari konten yang paling berdampak,” jelas para peneliti Microsoft. [ti/ka]