Hanya bermodalkan ransel, tenda portabel, dan tas bahu kecil, Cong, seorang migran asal China yang berusia 47 tahun, adalah salah satu dari belasan migran yang keluar dari perahu kayu sempit di tepi sungai berbatu Sungai Chucunaque di Lajas Blancas, Panama.
Pemberhentian tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak pemberhentian yang ia lakukan selama sebulan terakhir, dan di sanalah ia bertemu dengan VOA Mandarin dalam perjalanannya menuju Amerika Serikat – sebuah perjalanan yang dimulai di provinsi Sichuan, China barat daya. Cong menolak menyebutkan nama lengkapnya karena alasan keamanan.
Saat ia berjalan di tepian sungai di bawah terik matahari dengan mengenakan kaos lengan panjang berwana hitam, celana olahraga pendek dan sendal berwarna putih, Cong tampak sedikit pincang akibat pergelangan kakinya yang bengkak karena terjatuh saat menyeberangi sungai di awal perjalanannya.
Imigran asal China adalah kelompok migran dengan pertumbuhan tercepat yang melakukan perjalanan jauh ke perbatasan AS. Menjelajahi Celah Darien yang berbahaya di Panama, dan mempertaruhkan nyawa serta menghadapi penyakit adalah sajian utama dalam perjalanan tersebut.
BACA JUGA: AS, Guatemala dan Meksiko Tingkatkan Kerja Sama Atasi Kedatangan Migran di Perbatasan SelatanSeperti banyak orang lainnya, Cong mengatakan dia mendapat banyak informasi dari sumber online tentang cara melakukan perjalanan, termasuk dari Douyin, yang merupakan aplikasi mirip TikTok versi China. Setelah setengah tahun merencanakan, dia memutuskan, “Saya harus pergi.”
“Ketika saya berangkat, saya memutuskan bahwa ini tidak akan sia-sia, bahkan jika saya mati dalam perjalanan,” katanya.
Ketika VOA bertanya kepada mantan pemilik toko tersebut mengapa dia melakukan perjalanan ribuan mil ke negara yang belum pernah dia kunjungi sebelumnya, dia menjawab, “Kebebasan.”
“Saya ingin kebebasan,” katanya.
Cong mengatakan tidak ada kebebasan di China, yang membuatnya depresi. Dia mengatakan akun Douyin miliknya telah diblokir beberapa kali karena menggunakan kata kunci sensitif dan mengkritik Presiden China Xi Jinping.
Cong mengatakan definisi kebebasannya adalah dia tidak harus melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan, dan dia bisa mengkritik presiden.
Kondisi ekonomi China yang melambat juga menjadi alasan lain baginya untuk keluar dari negara tersebut. Nilai pasar saham China kini mencapai titik terendah dalam lima tahun, dan negara tersebut juga telah mengalami penurunan dalam kegiatan ekspor dan impor. Pada Juni lalu, Cong harus menutup bisnis krepnya karena sepi pelanggan.
“Tidak ada orang yang punya uang. Tidak ada bisnis yang mudah,” ujarnya. “Tanpa adanya perdagangan dengan pihak asing, semua berkutat di dalam negeri. Bagaimana hal itu bisa menciptakan keuntungan?”
BACA JUGA: Perekonomian China Melambat, Demo Buruh MeningkatCong tidak sendirian dalam membuat keputusan untuk pergi ke luar dari China dan menempuh perjalanan berbahaya untuk mencapai perbatasan AS.
Data dari Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS menunjukkan sebanyak 37.000 migran asal China telah ditahan di perbatasan AS-Meksiko pada 2023. Jumlah tersebut hampir 10 kali lipat lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya.
Di San Diego saja, petugas Patroli Perbatasan AS mengatakan kepada saluran televisi lokal bahwa hingga minggu ini mereka telah menahan lebih dari 140.000 migran sejak 1 Oktober. Jumlah tersebut termasuk 20.000 orang asal China, yang merupakan peningkatan sebesar 500% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Setelah menyeberangi perbatasan, para migran akan menyerahkan diri kepada petugas perbatasan dan menyatakan tujuan mereka untuk mencari suaka di AS. Mereka lalu akan diproses dan biasanya dilepaskan 72 jam kemudian. Menurut Departemen Kehakiman, sebanyak 55% migran asal China berhasil mendapat suaka pada tahun lalu. [lt/jm/rs]
Calla Yu berkontribusi dalam laporan ini