Nasib puluhan ribu orang yang mencari suaka di perbatasan selatan Amerika Serikat, mulai Jumat, akan bergantung pada aplikasi yang hanya memiliki 2,5 bintang di App Store.
Bagi manajer imigrasi, cara yang mudah dan terkomputerisasi untuk mengelola gelombang migran yang diperkirakan tiba ketika aturan era COVID berakhir pasti menarik. Tetapi, bagi orang miskin dan kelelahan yang ponselnya tidak berfungsi, atau yang tidak memiliki akses ke wifi atau listrik, cara itu merupakan rintangan yang hampir mustahil diatasi.
“Sungguh menakjubkan bahwa sebuah aplikasi secara praktis menentukan hidup dan masa depan kami,” kata Jeremy de Pablos, seorang warga Venezuela berusia 21 tahun yang telah berkemah di kota Ciudad Juarez, Meksiko selama berminggu-minggu, kepada AFP.
De Pablos, yang berkulit gelap, mengatakan bahwa bagian tersulit dalam menggunakan aplikasi CBP One adalah pengenalan wajah, sebuah masalah yang ditunjukkan oleh banyak migran dengan kulit lebih gelap. “Ini seperti permainan untung-untungan. Aplikasi ini (sepertinya) mengenali siapa yang diinginkannya.”
Pemerintahan Presiden Joe Biden meluncurkan aplikasi Custom and Border Protection pada bulan Januari, karena mencari cara untuk mengelola kekacauan yang diprediksi akan muncul ketika Title 42 berakhir Kamis malam hingga Jumat.
Kebijakan itu mulai diberlakukan di bawah pemerintahan Donald Trump, dengan tujuan untuk menghalangi masuknya mereka yang terinfeksi COVID-19, memungkinkan penjaga perbatasan untuk menolak masuk siapa pun. Dalam praktiknya, ini merupakan cara yang cepat dan mudah untuk menghindari penerimaan klaim suaka.
Tetapi dengan berakhirnya darurat COVID, Title 42 berakhir dan diganti dengan kebijakan migrasi reguler yang menurut pemerintahan Biden akan menawarkan jalur bagi pencari suaka yang sah, dan hukuman keras bagi mereka yang tidak mengikuti aturan.
Mulai Jumat calon migran harus mendaftarkan nama, tanggal lahir, perincian dokumen perjalanan, dan mengunggah foto di CBP One. Aplikasi ini juga dapat mencatat lokasi dan detail perangkat mereka. Tapi ponsel lama dan ketinggalan zaman membuat prosesnya sulit. Lebih sulit lagi bagi mereka yang ponselnya rusak atau dicuri dalam perjalanan jauh ke utara menuju AS.
Pemerintah mengatakan minggu ini bahwa pihaknya akan meluncurkan pembaruan untuk aplikasi CBP One dan meningkatkan jumlah janji untuk wawancara bagi migran dalam upaya untuk mengurangi antrean panjang. [lt/uh]