Bagi Brendan Tiernan, manajer sumber daya alam Taman Nasional Pulau Natal, menyaksikan migrasi kepiting merah bukanlah hal baru. Namun, ia tetap sulit menutupi rasa takjubnya pada fenomena alam ini, termasuk yang berlangsung pada awal tanggal 20-an November ini.
"Migrasi tahun ini benar-benar epik. Jalan-jalan dipenuhi kepiting merah. Ini menyebabkan kemacetan lalu lintas di pulau kecil ini dan orang-orang harus turun dari mobil mereka untuk membersihkan kepiting-kepiting agar mobil mereka bisa melintas,” jelasnya.
Tiernan mengatakan bahwa fenomena ekologi unik ini tidak terjadi di tempat lain di dunia dalam skala seperti itu. Di Pulau Natal, setiap tahunnya jutaan kepiting bermigrasi ke laut untuk kawin dan bertelur.
“Kadang kami menyebut pulau ini pulau kepiting merah, masyarakat pulau Natal menyadari pentingnya kepiting merah bagi ekosistem, bagi perekonomian, dan bagi pariwisata kita,” imbuhnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Setelah kawin, kepiting jantan terlebih dahulu melakukan perjalanan kembali ke darat, atau tepatnya ke kawasan pedalaman, sementara kepting betina tinggal di liang-liang di pantai selama sekitar dua pekan untuk bertelur. Setiap kepiting betina dapat menghasilkan hingga 100.000 telur, yang kemudian akan ditumpahkannya di laut.
"Reaksi warga sangat beragam. Beberapa orang ketakutan mendapati diri mereka dikelilingi oleh jutaan artropoda yang merangkak, sedangkan sejumlah lainnya berusaha berbaur dengan dengan kepiting-kepiting itu. Mereka berbaring di tanah dan membiarkan kepiting-kepiting merah merayap di atas tubuh mereka. Ini benar-benar salah satu hal yang tidak dapat Anda lihat di tempat lain di planet ini, pada skala sebesar ini," jelasnya.
Kepiting merah adalah hewan endemik Pulau Natal. Keberadaan mereka dilindungi oleh hukum untuk mempertahankan kelestariannya. [ab/uh]