Milenial Muslim Mencari Cinta “Halal” Lewat Teknologi

Aplikasi kencan Tinder pada sebuah ponsel, 1 September 2020. (Foto: dok).

Generasi Milenial adalah generasi yang dibesarkan sering kebangkitan teknologi dan sosial media. Tak heran milenial Muslim, khususnya di Amerika, lebih tertarik untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam mencari sendiri pasangan hidup, ketimbang bantuan keluarga atau kerabat.

Sarah Alimmi tercenung ketika seorang teman Muslimnya mengatakan, ia mencari pasangan hidup di Minder. Ia berpikir mungkin temannya itu keliru menyebut Tinder, aplikasi kencan yang digandrungi puluhan juta orang di berbagai penjuru dunia.

Kekeliruan itu ternyata ada di pihaknya. Aplikasi itu memang ada dan sudah eksis sejak 2015. Karena ingin tahu, dokter muda yang masih berstatus intern ini pun mencobanya. Dua tahun memanfaatkan aplikasi Minder, Alimmi belum juga menemukan pasangan hidup.Meski demikian, perempuan Muslim warga Boston ini menolak menyebut dirinya mati-matian mencari pasangan hidup karena memutuskan untuk terus berlangganan aplikasi itu.

“Karena Anda menggunakan aplikasi kencan bukan berarti Anda seperti orang yang putus asa dan kehabisan akal. Saya tidak menganggap diri saya, dan orang-orang lain yang menggunakannya, seperti itu. Saya bekerja di bidang medis, saya luar biasa sibuk. Saya tidak punya lingkungan sosial yang memberi saya pilihan baik untuk mencari pasangan hidup. Saya juga tidak bisa secara reguler datang ke acara-acara sosial atau ke masjid. Aplikasi kencan menjadi salah satu cara untuk memungkinkan itu,” jelasnya.

Seorang pengantin wanita menunggu dimulainya upacara pernikahan massal di Mumbai, India, 27 Januari 2016.

Alimmi mengakui, di keluarganya, selalu saja ada yang berusaha menjadi comblang untuk mencarikannya pasangan hidup. Namun banyak milenial Muslim seperti dirinya, terutama yang hidup di Barat, ingin memiliki kontrol yang lebih besar dalam menentukan siapa yang menjadi pasangan hidup mereka. Beberapa aplikasi seperti Minder, Muzmatch, dan Eshq, memberi mereka kemungkinan itu. Seperti halnya 15 persen warga Amerika, perempuan berusia 28 tahun ini dan teman-teman Muslim sebayanya , memanfaatkan teknologi untuk mencari cinta.

Mariam Bahawdory, pendiri aplikasi kencan khusus Muslim Eshq, tidak heran dengan fenomena ini. Ia mengatakan, generasi milenial adalah generasi yang muncul sering kebangkitan teknologi dan sosial media. Milenial Muslim, katanya, menyambut peluang mencari sendiri pasangan hidup tanpa bantuan keluarga atau kerabat.

“Kencan merupakan hal tabu dalam budaya kami, dalam agama kami. Kata itu bahkan tidak eksis dalam kamus Islam. Itulah alasan kami membuat aplikasi yang dirancang oleh perempuan Muslim dan untuk perempuan Muslim. kami berusaha merangkul perempuan Muslim untuk membuka diri. Saya merasa para orangtua yang memiliki anak yang dilahirkan pada tahun 1980-an atau 1990-an berwawasan lebih terbuka. Mereka tidak menolak fakta bahwa teknologi dapat dimanfaatkan untuk mencari pasangan hidup, dan bahwa perempuan kini memiliki peran yang lebih menentukan dalam mencari pasangan hidup,” kata Bahawdory.

Tidak seperti situs-situs kencan Muslim lainnya, Eshq memungkinkan perempuan menjadi pengambil keputusan pertama dalam memulai sebuah komunikasi. Untuk bergabung dengan Eshq, Anda harus mengaksesnya melalui Facebook. Dari sana, aplikasi itu menggunakan algoritma pencocokan untuk mencari kesamaan dalam profil Facebook. Singkat kata, tim Eshq akan memilih kata-kata kunci dalam profil Anda untuk dicocokan dengan anggota lain yang berlawanan jenis kelamin.

BACA JUGA: Facebook Siap Luncurkan Jasa ‘Mak Comblang’ Online

Yang membedakan, aplikasi ini dilengkapi fitur yang hanya memungkinkan perempuan yang memulai terlebih dahulu percakapan. Jika si perempuan tertarik, ia bisa mulai menyapa si pria dan mereka bisa lebih jauh saling mengenal melalui Facebook. Fitur ini mirip yang dimiliki situs kencan populer Bumble, yang tidak mempersoalkan agama.

Eshq juga mendorong anggotanya mengisi lengkap profil mereka, bahkan jika mungkin menyertakan video, akun Spotify, dan akun Instagram. Anggotanya juga bisa melengkapi profilnya dengan emoji yang merepresentasikan asal muasal negara mereka.

Tareeq Islam, pria Muslim berusia 32 tahun yang tinggal di Manhattan, mengaku telah beberapa tahun menjadi anggota situs itu. “Milenial telah menyesuaikan diri dengan sistem baru perkencanan yang berkembang dewasa ini. Saya memilih Eshq karena perempuan di sini yang lebih memegang peranan dalam menentukan pilihan. Saya ingin menemukan jodoh yang seagama,” jelas Islam.

Bahawdory sendiri yakin aplikasi akan menggalang minat banyak perempuan dan pria muda Muslim. Ia mengatakan, situs-situs kencan Muslim umumnya terkesan kuno dan terlalu diarahkan ke perkawinan. Aplikasi Eshq, katanya, jauh lebih moderen, namun tidak melepaskan hakikat sebagai Muslim. Ia mengatakan, aplikasinya juga dalam format yang lebih cepat dan lebih mudah dioperasikan pada ponsel.

Your browser doesn’t support HTML5

Milenial Muslim Mencari Cinta “Halal” Lewat Teknologi

Terlepas dari reaksi positif Muslim milenial terhadap aplikasi kencan khusus Muskim, banyak pihak mempertanyakan halal tidaknya mencari jodoh lewat aplikasi itu. Aleesha Mahmoud, seorang pendamping di Muzmatch, sebuah aplikasi kencan khusus Muslim lainnya, memiliki jawaban sederhana. Muzmatch menyediakan pendamping bagi mereka yang merasa sungkan melangsungkan pertemuan sendiri antara para anggotanya.

“Prinsipnya tergantung niat Anda. Kalau sungguh-sungguh menggunakan aplikasi ini untuk tujuan menikah, Anda bisa membicarakan topik-topik yang mengarah ke sana. Jika merasa cocok segera resmikan, jika tidak segera putuskan bahwa dia bukan orang yang sesuai untuk Anda. Jangan gunakan situs ini untuk mencari kesenangan duniawi,” kata Mahmoud.

Bagaimana menurut Anda? [ab/uh]