Pengadilan di Filipina memvonis bersalah dan memenjarakan seumur hidup 17 militan karena menculik 21 orang untuk meminta tebusan, termasuk di antaranya wisatawan Eropa dan pekerja Asia, dari sebuah resor selam di Malaysia lebih dari dua puluh tahun lalu, kata pejabat, hari Senin (21/10).
Militan Filipina itu merupakan anggota kelompok Abu Sayyaf, yang dikenal kejam meski kecil.
Di antara mereka yang divonis oleh Pengadilan Wilayah Kota Taguig, daerah di pinggiran ibu kota Manila, adalah dua pemimpin Abu Sayyaf, yaitu Hilarion Santos dan Redendo Dellosa. Keduanya masuk daftar hitam teroris PBB, kata Departemen Kehakiman Filipina.
Seluruh terdakwa dihukum penjara seumur hidup dengan kemungkinan pengampunan setelah 30 tahun, menurut pejabat departemen itu.
BACA JUGA: Pria Warga Negara AS Dilaporkan Diculik di FilipinaPada April 2000, bersenjatakan senapan serbu dan parang, militan Abu Sayyaf mengendarai speedboat dari markas mereka di hutan Filipina selatan dan menyerbu resor selam Pulau Sipadan di Malaysia, di mana mereka menculik 21 wisatawan Barat dan pegawai resor dengan todongan senjata.
Para militan itu merupakan pecahan dari gerakan lama separatis Muslim di Filipina selatan, yang menjadi kampung halaman minoritas Muslim di negara yang sebagian besarnya penganut Katolik Roma itu. Filipina dan Amerika Serikat sama-sama menggolongkan Abu Sayyaf sebagai organisasi teroris.
Mereka melancarkan serangan bom, penculikan untuk meminta tebusan, hingga pemenggalan kepala pada masa kejayaannya yang dimulai pada akhir tahun 1990-an. Akan tetapi, kini mereka semakin lemah setelah mengalami kekalahan demi kekalahan dalam pertempuran, penyerahan diri, dan pertikaian internal.
Para sandera yang mereka culik di antaranya satu keluarga asal Jerman beranggotakan tiga orang, dua wisatawan asal Finlandia, pasangan asal Afrika Selatan, seorang perempuan Lebanon dan dua warga negara Prancis. Sisanya adalah warga Malaysia dan Filipina yang bekerja di resor terpencil itu.
Mereka dibawa menggunakan speedboat ke hutan di Provinsi Sulu, Filipina selatan, di mana mereka ditawan dalam kondisi buruk sebelum akhirnya ditebus dengan uang jutaan dolar yang dilaporkan diberi oleh pemimpin Libya saat itu, Moammar Gadhafi.
Dua wartawan kantor berita Associated Press, yang diizinkan oleh Abu Sayyaf untuk mewawancarai para sandera selama disekap di hutan kala itu, melihat sebagian besar sandera yang ketakutan duduk di tanah beralaskan daun pisang, dikelilingi pagar yang terbuat dari cabang-cabang pepohonan. Beberapa di antara mereka dengan cepat menulis surat dan memohon kepada keluarga mereka dan pihak kedutaan besar negara masing-masing untuk mengirimi mereka makanan, air, obat-obatan dan mencari cara untuk membebaskan mereka.
Setelah para sandera dibebaskan, militer Filipina melancarkan serangan yang berlangsung selama beberapa tahun dan berakhir dengan penangkapan maupun tewasnya sebagian besar pemimpin dan petempur Abu Sayyaf.
Ghalib Andang, militan yang memimpin penculikan itu, tewas dibunuh oleh pasukan komando polisi saat berupaya kabur dari penjara dan pengepungan di pusat penahanan berkeamanan tinggi pada tahun 2005 di wilayah metropolitan Manila. [rd/ka]