Militer AS dapat membangun kekuatan dan beroperasi di pangkalan-pangkalan militer Papua Nugini, menurut pakta keamanan penting yang mendukung upaya Washington untuk memposisikan militernya mengelingi China di Pasifik.
Teks lengkap kesepakatan itu, yang diajukan di parlemen Papua Nugini pada Rabu malam (14/6) dan diperoleh kantor berita AFP, menyoroti detail yang selama ini dirahasiakan sejak pakta itu ditandatangani pada bulan Mei.
Dengan persetujuan Papua Nugini, Amerika Serikat akan dapat menempatkan pasukan dan kapal-kapalnya di enam pelabuhan dan bandara utama, termasuk Pangkalan Angkatan Laut Lombrum di Pulau Manus dan fasilitas-fasilitas militer di ibu kota Port Moresby.
Washington akan memiliki "akses tanpa hambatan" ke lokasi-lokasi itu untuk "memposisikan peralatan, pasokan, dan material terlebih dahulu", dan mendapatkan hak "penggunaan eksklusif" beberapa zona, di mana pengembangan dan "kegiatan konstruksi" dapat dilakukan. Perjanjian tersebut membuka pintu bagi Washington untuk membangun jejak militer baru di pelabuhan laut dalam yang berharga secara strategis, pada saat meningkatnya persaingan dengan Beijing.
Terletak di tepi barat daya Samudra Pasifik, Lombrum pada masa lalu telah digunakan sebagai garnisun pasukan Inggris, Jerman, Jepang, Australia, dan AS.
Selama Perang Dunia II Lombrum adalah salah satu pangkalan AS terbesar di Pasifik, dengan 200 kapal berlabuh, termasuk enam kapal perang dan 20 kapal induk yang digunakan untuk merebut kembali Filipina dari Jepang.
China telah mengupayakan pijakan sendiri di Lombrum dalam beberapa tahun terakhir, sebelum tersingkir oleh Australia dan Amerika Serikat, yang pada 2018 setuju untuk bersama-sama mengembangkan fasilitas itu dengan Papua Nugini.
Akses pasukan AS ke Lombrum dapat digunakan untuk memperkuat fasilitas AS di Guam di utara, yang dapat menjadi kunci jika terjadi konflik terkait Taiwan. [ab/ka]