Militer Filipina Tewaskan 11 Tersangka Militan Islam

  • Associated Press

Peta Filipina

Tentara Filipina, dengan didukung serangan udara dan tembakan artileri, menewaskan 11 tersangka anggota kelompok militan Islam di dekat sebuah desa pedalaman di selatan negara itu, kata pihak berwenang pada Sabtu (2/12). Operasi militer itu adalah salah satu serangan anti-pemberontakan paling berdarah yang dilakukan militer Filipina tahun ini.

Militer melancarkan serangan pada Jumat (1/12) setelah menerima laporan intelijen mengenai keberadaan tersangka pemimpin dan pengikut bersenjata dari Daulah Islamiyah dan Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsa Moro (Bangsamoro Islamic Freedom Fighters/BIFF).

Kata para pejabat militer, mereka berkumpul di dekat Desa Tuwayan di selatan Kota Datu Hofer, di Provinsi Maguindanao.

Major Angkatan Darat, Saber Balogan, pejabat militer wilayah, mengatakan pasukan pemerintah menemukan 11 jenazah tersangka militan setelah baku tembak selama lebih dari tiga jam. Pasukan juga menemukan tujuh senapan penyerang M16 dan M14, granat yang ditembakkan dengan roket dan lima bom rakitan di lokasi, kata Balogan.

Dia menambahkan tidak ada korban dari pihak militer.

Para anggota Front Pembebasan Islam Moro di Kamp Darapanan di Sultan Kudarat, Provinsi Maguindanao, 27 Maret 2014. (Foto: Froilan Gallardo/AP Photo)

Kantor berita Associated Press melihat laporan awal rahasia pemerintah mengenai operasi militer itu yang menyatakan dua pesawat Angkatan Udara Filipina menjatuhkan delapan bom yang masing-masing beratnya 500 pound atau sekitar 226 kilogram di wilayah pedalaman di mana para militan terlihat. Dua helikopter militer juga menarget para militan.

Pasukan Angkatan Darat dikerahkan ke lokasi pertempuran, kata para pejabat militer.

BACA JUGA: Kelompok Pria Bersenjata Bunuh Tiga Tentara di Filipina Selatan

Operasi militer itu dilaksanakan setelah 13 militan bersenjata dari Daulah Islamiyah menyerah bersama persenjataan mereka kepada militer di selatan, kata Mayor Jenderal Alex Rillera, komandan militer wilayah.

Tidak jelas apakah para militan yang menyerah itu memberikan informasi yang membantu militer untuk melancarkan serangan pada Jumat (1/12).

"Ini sisi baik dari mengaku dan meletakan senjata Anda. Anda sekarang bisa hidup dengan tenang dengan orang-orang tercinta Anda," kata Rillera kepada para militan yang menyerah dalam upacara pada Kamis (30/11) di Provinsi South Cotabato, yang berbatasan dengan Provinsi Maguindanao di mana serangan militer dilancarkan pada hari berikutnya.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte (tengah) dan pemimpin Front Pembebasan Islam Moro, H. Murad Ebrahim (kanan) bersalaman usai upacara penandatanganan UU khusus Wilayah Otonomi Muslim Mindanao di Istana Malacanang, Manila, Filipina, 6 Agustus 2018. (Foto: Bullit Marquez/AP Photo)

Setelah puluhan tahun konflik bersenjata yang melemahkan, Pemerintah Filipina menandatangani kesepakatan damai pada 2014 dengan kelompok separatis Muslim terbesar, Front Pembebasan Islam Moro (Moro Islamic Liberation Front) di selatan negara yang mayoritas penduduk beragama Katolik. Perjanjian itu sangat mengurangi bentrokan dan kekerasan terkait pemberontakan bersenjata di selatan.

Namun, kata militer, kelompok-kelompok separatis Muslim yang lebih kecil terus melancarkan serangan, termasuk pengeboman sporadis di tempat-tempat umum, dan kadang menarget bisnis sebagai imbalan "uang perlindungan" dari para pemilik bisnis.

Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsa Moro atau BIFF yang menjadi target operasi militer pada Jumat (1/12), terdiri dari para militan yang memisahkan diri dari Front Pembebasan Islam Moro menyusul pembicaraan damai dengan pemerintah. Kelompok itu kemudian terpisah menjadi beberapa faksi. Sebagian faksi itu kemudian bersekutu dengan kelompok ISIS. [ft/ah]