Militer Israel menembak mati dua warga Palestina, Jumat (12/4) pagi di dekat kota Tubas di Tepi Barat, sumber media Palestina dan Israel melaporkan. Laporan media menyebutkan satu orang tewas ketika tentara Israel melepaskan tembakan ke arah kendaraan korban di Tubas.
Seorang warga Palestina lainnya tertembak dan terbunuh oleh tembakan Israel saat terjadi penggerebekan militer di kamp pengungsi al-Far'a, selatan Tubas. Militer Israel tidak segera mengomentari laporan tersebut.
Kekerasan terbaru itu terjadi setelah adanya pengumuman pada hari Kamis tentang seruan militer mengenai "langkah-langkah baru dan lebih baik" untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, termasuk pembangunan penyeberangan darat baru di Gaza utara.
Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan dalam pernyataan melalui video bahwa penyeberangan baru akan "memungkinkan lebih banyak bantuan mengalir langsung ke warga sipil di wilayah yang terkena dampak yang menyulitkan truk untuk mengaksesnya."
Kelompok-kelompok kemanusiaan internasional telah mengeluh selama berbulan-bulan tentang hambatan-hambatan yang mereka hadapi untuk membawa bantuan dengan truk ke Gaza, dengan alasan penundaan yang disebabkan oleh militer Israel dan kurangnya akses yang aman ke daerah-daerah seperti Gaza utara karena pertempuran.
Hagari mengatakan Israel memperkirakan 50 truk per hari akan melewati penyeberangan baru, dan jumlah truk yang mencapai Jalur Gaza setiap hari akan meningkat secara bertahap dari 350 menjadi sekitar 500.
PBB mengatakan sekitar 500 truk setiap hari membawa bantuan ke Gaza sebelum terjadi Perang Israel-Hamas yang dimulai pada bulan Oktober.
Dalam pembicaraan via telepon hari Rabu dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat mengharapkan Israel segera mengambil tindakan untuk memfasilitasi lebih banyak bantuan kemanusiaan dan berkoordinasi dengan kelompok-kelompok bantuan untuk memastikan tidak terulangnya serangan terhadap konvoi World Central Kitchen yang menewaskan tujuh pekerja bantuan awal bulan ini.
Hingga Kamis, lebih dari 250 kelompok kemanusiaan dan hak asasi manusia telah menyerukan diakhirinya transfer senjata ke Israel dan kelompok bersenjata Palestina.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Blinken dan Gallant juga membahas pembicaraan yang sedang berlangsung mengenai perjanjian gencatan senjata yang mencakup pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas, kelompok teror di Gaza.
Amerika Serikat mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya telah membatasi perjalanan pribadi karyawan dan anggota keluarga mereka di Israel dan ke luar wilayah Tel Aviv, Yerusalem dan Be'er Sheva karena ancaman dari Iran untuk membalas serangan udara Israel pada tanggal 1 April terhadap kompleks kedutaan besar Iran di Damaskus. [lt/ab]