Situasi di Mesir mengarah ke pertikaian politik yang menegangkan setelah pemerintah yang Islamis dan militer saling memperingatkan bahwa mereka siap berperang untuk melindungi negara.
Beberapa jam sebelum tenggat waktu Rabu (3/7) untuk mencapai penyelesaian atas kerusuhan, panglima militer Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan, militer siap mengorbankan darah mereka untuk membela negara dalam menghadapi apa yang disebutnya para teroris dan orang-orang bodoh.
Pernyataan itu tampaknya ditujukan kepada Presiden Mohammed Morsi, yang beberapa jam sebelumnya membela keabsahannya sebagai pemimpin dan bersumpah akan terus memegang jabatan meski itu mengakibatkan kematiannya. Morsi juga menuntut militer menarik ancamannya untuk turun tangan dalam krisis politik negara itu.
Militer memperingatkan mereka akan memberlakukan “peta-jalan” untuk masa depan Mesir apabila perselisihan antara Morsi dan para penentangnya tidak diselesaikan sebelum pukul 5 petang hari Rabu waktu setempat.
Ikhwanul Muslimin dengan marah menyebut ultimatum militer itu sebagai usaha untuk melakukan kudeta militer. Juru bicara Ikhwanul Muslimin Gehad El-Haddad mengatakan kepada VOA, kelompoknya tidak akan mengangkat senjata dan menyerang militer. Namun, katanya, kelompok itu akan campur-tangan secara langsung apabila ada upaya untuk memaksa Morsi meletakkan jabatan.
Sementara itu, demonstrasi sejumlah besar warga Mesir di Kairo telah memasuki hari ke-4, Rabu (3/7). Sementara banyak yang mendukung presiden Islamis, mayoritas besar demonstran menuntut agar presiden meletakkan jabatan.
Dalam satu demonstrasi pendukung Morsi dekat Universitas Kairo, para pejabat kementerian kesehatan mengatakan 16 orang tewas dan lebih dari 200 orang luka-luka dalam bentrokan Selasa malam.
Pernyataan itu tampaknya ditujukan kepada Presiden Mohammed Morsi, yang beberapa jam sebelumnya membela keabsahannya sebagai pemimpin dan bersumpah akan terus memegang jabatan meski itu mengakibatkan kematiannya. Morsi juga menuntut militer menarik ancamannya untuk turun tangan dalam krisis politik negara itu.
Militer memperingatkan mereka akan memberlakukan “peta-jalan” untuk masa depan Mesir apabila perselisihan antara Morsi dan para penentangnya tidak diselesaikan sebelum pukul 5 petang hari Rabu waktu setempat.
Ikhwanul Muslimin dengan marah menyebut ultimatum militer itu sebagai usaha untuk melakukan kudeta militer. Juru bicara Ikhwanul Muslimin Gehad El-Haddad mengatakan kepada VOA, kelompoknya tidak akan mengangkat senjata dan menyerang militer. Namun, katanya, kelompok itu akan campur-tangan secara langsung apabila ada upaya untuk memaksa Morsi meletakkan jabatan.
Sementara itu, demonstrasi sejumlah besar warga Mesir di Kairo telah memasuki hari ke-4, Rabu (3/7). Sementara banyak yang mendukung presiden Islamis, mayoritas besar demonstran menuntut agar presiden meletakkan jabatan.
Dalam satu demonstrasi pendukung Morsi dekat Universitas Kairo, para pejabat kementerian kesehatan mengatakan 16 orang tewas dan lebih dari 200 orang luka-luka dalam bentrokan Selasa malam.