Militer Mali mengakhiri pertempurannya selama sehari penuh melawan pemberontak di kota Gao, Sabtu malam (31/3) karena mengkhawatirkan keselamatan warga sipil.
Pemimpin militer Mali, Kapten Amadou Sanogo, mengeluarkan pernyataan lewat televisi yang mengatakan bahwa mengingat situasi penduduk di dekat zona pertempuran, pasukan pemerintah memutuskan tidak bertempur.
Militer juga menarik tentaranya keluar dari kawasan itu menjadikan Gao kota ketiga yang diambil alih pemberontak Tuareg selama dua hari terakhir ini. Pemberontak juga merebut ibukota provinsi Kidal.
Hari Sabtu, koresponden VOA di Mali mengatakan para saksi mata melihat pemberontak Tuareg memasuki Gao dengan kendaraan sambil membawa bendera Azawad. Tembakan berat bisa didengar dan saksi mata mengatakan tentara melancarkan serangan balasan menggunakan helikopter. Pemberontak juga bertempur di dekat kamp militer di kota itu.
Pemberontak Tuareg memulai pemberontakan mereka pertengahan bulan Januari dilengkapi senjata-senjata yang dibawa masuk ke negara itu setelah jatuhnya Libya. Pemberontak separatis Tuareg telah beberapa dekade menginginkan otonomi.
Gerakan maju mereka yang paling akhir dilakukan sewaktu terjadi kebingungan menyusul kudeta minggu lalu di Bamako, ibukota Mali. Para tentara perwira menengah menyingkirkan pemerintahan presiden Amadou Toumani Toure yang terpilih secara demokratis tanggal 22 Maret setelah menuduh para pemimpin tidak memberi sumber daya yang memadai untuk memerangi pemberontakan Tuareg di utara.
Militer juga menarik tentaranya keluar dari kawasan itu menjadikan Gao kota ketiga yang diambil alih pemberontak Tuareg selama dua hari terakhir ini. Pemberontak juga merebut ibukota provinsi Kidal.
Hari Sabtu, koresponden VOA di Mali mengatakan para saksi mata melihat pemberontak Tuareg memasuki Gao dengan kendaraan sambil membawa bendera Azawad. Tembakan berat bisa didengar dan saksi mata mengatakan tentara melancarkan serangan balasan menggunakan helikopter. Pemberontak juga bertempur di dekat kamp militer di kota itu.
Pemberontak Tuareg memulai pemberontakan mereka pertengahan bulan Januari dilengkapi senjata-senjata yang dibawa masuk ke negara itu setelah jatuhnya Libya. Pemberontak separatis Tuareg telah beberapa dekade menginginkan otonomi.
Gerakan maju mereka yang paling akhir dilakukan sewaktu terjadi kebingungan menyusul kudeta minggu lalu di Bamako, ibukota Mali. Para tentara perwira menengah menyingkirkan pemerintahan presiden Amadou Toumani Toure yang terpilih secara demokratis tanggal 22 Maret setelah menuduh para pemimpin tidak memberi sumber daya yang memadai untuk memerangi pemberontakan Tuareg di utara.