Minggu, Perundingan Gencatan Senjata Hamas dan Israel Diharapkan Lanjut

  • Associated Press

Seorang pria Palestina memeriksa puing-puing sebuah bangunan yang hancur akibat serangan Israel malam sebelumnya, di lingkungan RimalKota Gaza pada 16 Maret 2024, di tengah pertempuran antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. (Foto: AFP)

Perundingan mengenai gencatan senjata antara Israel dan kelompok Palestina, yang terhenti, diperkirakan akan dilanjutkan di Qatar segera pada Minggu (17/3), menurut para pejabat Mesir.

Pembicaraan tersebut akan menandai pertama kalinya para pejabat Israel dan para pemimpin Hamas bergabung dalam perundingan tidak langsung yang digelar sejak awal Ramadan. Para mediator internasional berharap bisa mencapai gencatan senjata selama enam minggu sebelum bulan suci umat Islam dimulai awal pekan ini. Namun Hamas menolak kesepakatan apa pun yang tidak akan mengarah pada gencatan senjata permanen di Gaza. Israel menolak tuntutan itu.

Namun kedua belah pihak telah mengambil langkah dalam beberapa hari terakhir yang bertujuan agar perundingan, yang tidak pernah terhenti sepenuhnya, kembali ke jalurnya.

Menurut dua pejabat Mesir, Hamas mengajukan proposal baru kepada mediator mengenai rencana tiga tahap yang akan mengakhiri pertempuran. Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang mengungkapkan isi diskusi sensitif tersebut.

BACA JUGA: Biden Dukung Pemimpin Mayoritas Senat yang Serukan Pemilu Baru di Israel

Tahap pertama adalah gencatan senjata selama enam minggu yang akan menghasilkan pembebasan 35 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza. Para tahanan yang dibebaskan terdiri dari perempuan, mereka yang sakit dan orang tua. Sebagai imbalannya, Israel akan membebaskan 350 tahanan Palestina.

Hamas juga akan membebaskan setidaknya lima tentara perempuan dengan imbalan 50 tahanan, termasuk beberapa yang menjalani hukuman panjang atas tuduhan teror, untuk setiap tentara. Pasukan Israel akan mundur dari dua jalan utama di Gaza, membiarkan pengungsi Palestina kembali ke Gaza utara, yang telah hancur akibat pertempuran, dan mengizinkan bantuan mengalir ke daerah tersebut dengan bebas, kata para pejabat.

Pada tahap kedua, kedua belah pihak akan mengumumkan gencatan senjata permanen dan Hamas akan membebaskan sisa tentara Israel yang disandera dengan imbalan lebih banyak tahanan, kata para pejabat.

Warga Palestina melihat kehancuran pasca serangan Israel terhadap bangunan tempat tinggal dan masjid di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, 22 Februari 2024. (Foto: Fatima Shbair/AFP)

Pada tahap ketiga, Hamas akan menyerahkan jenazah yang masih mereka tahan sebagai imbalan bagi Israel untuk mencabut blokade Gaza dan mengizinkan dimulainya rekonstruksi, kata para pejabat.

Pembicaraan diperkirakan akan dilanjutkan pada Minggu (17/3) sore, meskipun bisa diundur hingga Senin (18/3), kata para pejabat Mesir.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut usulan itu "tidak realistis" tetapi setuju untuk mengirim perunding Israel ke Qatar. Pemerintahannya menolak seruan untuk melakukan gencatan senjata permanen, dan bersikeras bahwa mereka harus terlebih dahulu memenuhi tujuannya untuk “memusnahkan Hamas.”

Netanyahu Setuju Serang Rafah

Kantor Netanyahu mengatakan pada Jumat (15/3) bahwa dia menyetujui rencana militer untuk menyerang Rafah, kota paling selatan di Gaza di mana sekitar 1,4 juta pengungsi Palestina atau lebih dari setengah populasi wilayah tersebut, berlindung. Israel ingin menargetkan batalion Hamas yang ditempatkan di sana.

BACA JUGA: Israel Setujui Rencana Serang Rafah, tetapi Tetap Buka Opsi Gencatan Senjata

Banyak yang melarikan diri ke Rafah ketika Israel menyerang Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang; sekitar 100 sandera telah dibebaskan.

Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain telah memperingatkan bahwa operasi militer di Rafah bisa menimbulkan bencana.

Kantor Netanyahu tidak memberikan perincian atau jadwal operasi Rafah. Namun mengatakan bahwa operasi tersebut akan melibatkan evakuasi warga sipil. Militer mengatakan pihaknya berencana mengarahkan warga sipil ke “pulau kemanusiaan” di Gaza tengah.

Serangan Israel telah menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka. Seperempat penduduk Gaza kelaparan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). [ft/ah]