Laporan berbagai media mengungkapkan identitas pria Korea Selatan yang ditangkap bulan lalu di Pyongyang sebagai Kim Jeong-Wook, misionaris Kristen yang membantu para pengungsi Korea Utara.
Kantor berita Perancis dan surat kabar terkemuka Korea Selatan Dong-A Ilbo, Rabu (20/11) melaporkan bahwa pria Korea Selatan yang ditangkap bulan lalu di Pyongyang sebagai Kim Jeong-Wook (50 tahun).
Keluarganya dan para aktivis Kristen lain mengatakan kepada kedua media itu, Kim telah empat tahun membantu orang-orang Korea Utara melarikan diri dari tanah air mereka untuk pergi ke China.
Mereka mengatakan, Kim ditangkap setelah melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk mengecek keadaan beberapa pengungsi yang dipulangkan oleh Beijing.
Korea Utara mengatakan sebelumnya bulan ini, mereka menangkap seorang mata-mata Korea Selatan yang terlibat dalam aktivitas ilegal, namun tidak merinci lebih jauh.
Jika dikukuhkan, Kim akan bergabung dengan warga Amerika keturunan Korea, Kenneth Bae, sebagai misionaris Kristen kedua yang baru-baru ini ditahan Korea Utara atas tuduhan mata-mata.
Bae ditangkap pada tahun 2012 dan dihukum 15 tahun kerja paksa karena dituding berusaha menggulingkan pemerintah Korea Utara. Kepemimpinan komunis Korea Utara memandang agama yang terorganisasi sebagai ancaman terhadap cengkeraman kekuasaan.
Keluarganya dan para aktivis Kristen lain mengatakan kepada kedua media itu, Kim telah empat tahun membantu orang-orang Korea Utara melarikan diri dari tanah air mereka untuk pergi ke China.
Mereka mengatakan, Kim ditangkap setelah melakukan perjalanan ke Pyongyang untuk mengecek keadaan beberapa pengungsi yang dipulangkan oleh Beijing.
Korea Utara mengatakan sebelumnya bulan ini, mereka menangkap seorang mata-mata Korea Selatan yang terlibat dalam aktivitas ilegal, namun tidak merinci lebih jauh.
Jika dikukuhkan, Kim akan bergabung dengan warga Amerika keturunan Korea, Kenneth Bae, sebagai misionaris Kristen kedua yang baru-baru ini ditahan Korea Utara atas tuduhan mata-mata.
Bae ditangkap pada tahun 2012 dan dihukum 15 tahun kerja paksa karena dituding berusaha menggulingkan pemerintah Korea Utara. Kepemimpinan komunis Korea Utara memandang agama yang terorganisasi sebagai ancaman terhadap cengkeraman kekuasaan.