Perwakilan Indonesia dalam ajang Miss World berhasil menyabet posisi kedua dalam kategori Beauty With A Purpose (BWAP) atau kiprah sosial. Dia dinilai memberikan dampak bagi pemberdayaan masyarakat. Miss Indonesia Alya Nurshabrina memang sudah berkecimpung dalam kerja sosial sejak kecil.
Bagi Alya, titel runner up 1 BWAP di ajang Miss World 2018 tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Dia merasa bersyukur sekaligus bangga dengan proyek yang ia lakukan bersama masyarakat di Bandung.
“Susah digambarkan dengan kata-kata. Saya merasa bersyukur dan bahagia untuk mereka (warga), bangga dengan kerja mereka. Ini bukan karena saya karena ini usaha mereka juga. Aku di situ bukan mau mengaku-ngaku ini semua kerjaan aku. Tidak. Inilah yang Indonesia bisa lakukan ketika mempraktikkan gotong royong,” jelasnya dalam wawancara dengan VOA di Jakarta Barat, Selasa (18/12) siang.
Dalam malam final di Sanya, China, 8 Desember, Alya dinobatkan sebagai runner up BWAP, sementara perwakilan Nepal di posisi jawara. Dalam ajang tersebut, Alya juga berhasil masuk 30 besar.
Program BWAP Alya diadakan di Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dari Agustus sampai Oktober 2018. Bersama organisasi Odesa Indonesia, Alya menjalankan program sanitasi dan pemberdayaan ekonomi.
Dalam sanitasi, Alya dan Odesa membangun MCK komunal yang membantu meningkatkan sanitasi warga setempat. Ditambah pembuatan sumber air dan pipa sepanjang 3 kilometer yang memberikan akses air bersih ke 100 rumah warga.
Sementara untuk pemberdayaan ekonomi, program ini mendampingi warga untuk bertani di pekarangan. Hasil pertanian itu dapat dikonsumsi sendiri untuk nutrisi keluarga, atau diolah dan dijual sebagai mata pencaharian tambahan.
Ketua Odesa Indonesia, Faiz Manshur, mengatakan kolaborasinya dengan Alya telah membantu memecahkan masalah yang dihadapi warga Cimenyan.
“Alya dengan tiga programnya yaitu sanitasi, peningkatan ekonomi, dan juga kursus masak memasak, itu menjawab masalah yang mendasar yaitu kebutuhan air. Itu yang paling utama. Warga sudah lebih 20 tahun kesulitan air, dengan kehadiran Alya bisa terselesaikan dan mereka bisa sejahtera dari sisi air,” jelasnya kepada VOA saat ditemui di Kecamatan Cimenyan, Jumat (15/12) siang.
Lembaga yang bergerak di bidang pangan, ternak, literasi, dan teknologi ini mengatakan warga setempat telah terangkat taraf kehidupannya.
“Dan mereka tertarik dengan program-program baru ini. Dan banyak yang merasakan bahwa kehadiran air itu meningkatkan produktivitas pekerajaan dan mengurangi beban hidup mereka.
Alya Aktif Kerja Sosial Sejak Kecil
Tapi aktif di kegiatan sosial bukanlah hal baru bagi Alya. Perempuan yang lahir di Bandung pada 1996 ini mengatakan lingkungannya telah menumbuhkan minat berkontribusi bagi masyarakat.
“Sejak kecil saya telah dikenalkan dengan lingkungan dan orang-orang yang sering jadi relawan, sering ikut kompetisi untuk belajar dan berbagi ke orang lain. Karena saya terbiasa dengan itu dan suka dengan suasana ketika orang-orang saling tolong menolong. Bahkan jika kita baru memulai, jadi relawan musiman, dua-tiga-empat tahun. Karena kita terpanggil, kita bisa melakukannya,” jelas lulusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan ini.
Salah satu kegiatan sosial pertama Alya adalah saat SMP. Perempuan yang senang dunia seni ini jadi relawan untuk membuat contoh-contoh gambar menggunakan spidol warna. Tahun ke tahun, semakin banyak kegiatan yang Alya ikuti. Pada 2016, dia terbang ke Nepal dan membantu pembangunan sekolah yang roboh akibat gempa. Pada 2017, dia bersama Sahabat Peduli Indonesia mengajarkan seni daur ulang sampah kepada pemuda dan siswa sekolah di Maluku Tenggara. Dia mengatakan, pendidikan, seni, dan lingkungan adalah topik-topik favoritnya sampai sekarang.
Your browser doesn’t support HTML5
“Saya menemukan bahwa penting mengutamakan pendidikan karena saya suka belajar dan membaca. Saya kira banyak pemuda Indonesia yang perlu mengikuti passion ini juga. Jadinya nggak akan pernah bosan aku untuk involve di acara-acara seperti itu,” papar pemenang Wajah Femina 2014 ini.
Saat ini, Alya terus mendukung berbagai kegiatan sosial dengan mempromosikannya di media sosial pribadi. Meski saat ini dia ingin fokus meniti karir di dunia hiburan dan media, ke depan dia berencana membuat organisasi sosialnya sendiri.
“Ke depan mungkin dalam lima atau 10 tahun ketika fondasi saya sudah kokoh, dan ke depan nya Aku sudah lebih jelas rekam jejaknya, dan Sudah lebih matang di bidang apa. Mungkin saya bisa memikirkan satu hal yang kepegang apa gitu topiknya. Aku masih nyoba-nyoba. Karena masih banyak hal dan topik yang belum aku coba,” pungkas perempuan berusia 22 tahun ini.
Alya mengatakan, setiap orang dapat berkontribusi ke masyarakat dalam bentuk dan ukuran apapun. Dimulai dengan menemukan panggilan hati kemudian mencari keahlian yang bisa dibagikan.
“Misalnya saya pandai bernyanyi maka bisa bernyanyi untuk menghibur orang. Sebagian orang bisa membuat tas atau barang-barang dari bahan daur ulang. Mungkin mereka bisa menjualnya dan mengajarkan pembuatannya ke orang supaya punya keahlian baru. Semuanya kembali pada apa yang bisa kita lakukan bagi sesama. Kita hidup untuk saling menolong,” tutupnya. [rt/em]